Tuesday 12 September 2017

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI dinilai dalam bentuk 16 pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai dengan standar baku. Dari 4 pilihan jawaban yang bernilai 0 (untuk tidak pernah/ baik sekali), 1 (untuk kurang dari sekali dalam seminggu/baik), 2 (kurang dari dua kali dalam seminggu/buruk), sampai 3 (untuk tiga kali atau lebih dalam seminggu/buruk sekali) (Carney & Edinger, 2010).
Komponen tersebut antara lain:
1.    Kualitas Tidur Subjektif
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 9 dalam kuesioner PSQI yang berbunyi “Bagaimana Anda menentukan kualitas tidur Anda secara keseluruhan pada bulan yang lalu?”.
       Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden sebagai berikut : Sangat baik : 0, Cukup baik : 1, Kurang baik : 2, Sangat buruk : 3.
2.    Latensi Tidur
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 2 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, berapa menit biasanya Anda habiskan waktu di tempat tidur, sebelum akhirnya Anda tertidur?”, dan pertanyaan nomor 5a yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering tidur Anda terganggu karena tidak bisa tidur dalam waktu 30 menit”.
       Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 2 sebagai berikut: ≤ 15 menit : 0, 16-30 menit : 1, 31-60 menit : 2, > 60 menit : 3.
       Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 5a sebagai berikut:
       Tidak ada selama 1 bulan terakhir : 0, Kurang dari 1 kali dalam seminggu : 1, 1 atau 2 kali dalam seminggu : 2, 3 kali atau lebih dalam seminggu : 3.
       Jumlah subskor pertanyaan nomor 2 dan nomor 5a (skor komponen latensi tidur) adalah sebagai berikut : 0 : 0, 1-2 : 1, 2-4 : 2, 5-6 : 3.
3.    Durasi Tidur
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 4 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, berapa jam Anda tidur di malam hari? (Jumlah jam pada tidur malam)”.
       Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden sebagai berikut : > 7 jam : 0, 6-7 jam : 1, 5-6 jam : 2, < 5 jam : 3.
4.    Efisiensi Kebiasaan Tidur
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 1, 3 dan 4 dalam PSQI mengenai jam tidur malam dan bangun pagi serta durasi tidur.
       Jawaban responden dihitung dengan rumus:
        𝑥100%
       Hasil perhitungan dikelompokan menjadi 4 kategori dengan penilaian (skor) sebagai berikut: Efesiensi tidur > 85% : 0, Efesiensi tidur 75-84% : 1, Efesiensi tidur 65- 74% : 2, Efesiensi tidur
5.    Gangguan Tidur
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 5b – 5j dalam PSQI yang terdiri dari hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Tiap item memiliki skor 0-3, dengan 0 berarti tidak pernah sama sekali dan 3 berarti sangat sering dalam sebulan.
       Skor kemudian dijumlahkan sehingga dapat diperoleh skor gangguan tidur dan di kelompokan sebagai berikut:
       Skor gangguan tidur 0 : 0, Skor gangguan tidur 1-9 : 1, Skor gangguan tidur 10-18 : 2, Skor gangguan tidur 19-27 : 3.
6.    Penggunaan Obat Tidur
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 6 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terkhir, seberapa sering Anda memakan obat tidur (resep dokter atau obat bebas)”.
       Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden sebagai berikut:
       Tidak ada selama 1 bulan terakhir : 0, Kurang dari 1 kali dalam seminggu : 1, 1 atau 2 kali dalam seminggu : 2, 3 kali atau lebih dalam seminggu : 3.
7.    Disfungsi Tidur Pada Siang Hari
       Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 7 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terkhir, seberapa sering Anda tertidur ketika Anda mengemudi, makan, atau terlibat dalam kegiatan sosial?” dan pertanyaan nomor 8 yang berbunyi “Selama 1 bulan terkhir, seberapa banyak masalah yang Anda hadapi untuk tetap antusias menyelesaikan sesuatu?”.
       Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 7 sebagai berikut:
       Tidak ada selama 1 bulan terakhir : 0, Kurang dari 1 kali dalam seminggu : 1, 1 atau 2 kali dalam seminggu : 2, 3 kali atau lebih dalam seminggu : 3.
       Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 7 sebagai berikut:
       Tidak ada masalah : 0, Hanya masalah kecil : 1, Ada masalah : 2, Masalah besar : 3.
       Hasil total skor kuesioner dari 7 komponen tersebut dapat diinterprestasikan menjadi 2 pilihan yaitu:

       Kualitas tidur baik : ≤ 5, Kualitas tidur buruk : > 5

Tuesday 9 May 2017

RESUME MKDK 4001 edisi 2 MODUL 6-8

MODUL 6
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

KB 1 Manusia dan Kebudayaan
A.   Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia, namun dipihak lain kebudayaanlah yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, terjalin hubungan timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan.
Basis dan tahapan saling berhubungan yang mencerminkan satu kesatuan organik atau saling berhubungan secara dialektis adalah :
1.    Impuls (impulse) merupakan tindakan yang meliputi stimulus atau rangsangan spontan berhubungan dengan alat indera dan reaksi actor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu.
2.    Persepsi (perception) merupakan keadaan aktor menyelidiki dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls
3.    Manipulasi (Manipulation). Setelah impuls menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah selanjutnya memanipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu.
4.    Konsumsi (consummation). Tahap konsumsi merupakan pelaksanaan atau pengambilan tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya.
Sejarah mengajarkan kita tentang kebudayaan yang terus bertransformasi. Transformasi itu disebabkan oleh manusia yang senantiasa melonggarkan setiap ikatan kebudayaannya.
Manusia yang berkebudayaan mengembangkan segenap potensinya secara maksimal, artinya sosok manusia khusus dengan kebudayaan yang khusus pula. Karya manusia sebagai kebudayaan tidak dapat diibaratkan sama sebagai peradaban karena peradaban bergerak maju dengan satu logikan sejarah. Sementara kebudayaan memiliki logika kemajuannya masing-masing tergantung aktivitas manusia secara langsung. 
B.   Kebudayaan dan Kesenian
Kebudayaan sering diartikan sebagai the general body the arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia. Kesenian pada kelompok masyarakat tertentu dilestarikan karena didalamnya terkandung sejumlah nilai-nilai luhur yang juga penting dipahami oleh generasi penerusnya. Umar Kayan (1981 : 38-39) menyatakan bahwa seni adalah sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri.
1.    Definisi Kebudayaan
                   Konsep kebudayaan pertama kali dikembangkan oleh para ahli antropoligi menjelang abad kesembilan belas. Menurut Sir Edward Burnett Tylor (1871) dalam bukunya yang terkenal “primitive culture” mendefinisikan bahwa “culture or civilization, taken in its wide ethnographic sense is that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society”. Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa kebudayaan adalah mencakup keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”. (Havilandm 1985),
                   Kebudayaan dapat dikatakan sebagai norma-norma yang berlaku pada suatu masyarakat yang mengatur tata cara dan tata karma serta nilai-nilai kehidupan. Kebudayaan Indonesia merupakan perilaku bangsa (manusia) Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa dan cipta di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
2.    Unsur-unsur Universal Kebudayaan
                 Menurut C. Kluchohn (1953) dalam bukunya “Universal Catagories of Culture”. Dengan mengambil intisari dari berbagai kerangsa yang ada mengenai unsur-unsur kebudayaan universal, terdapat tujuh unsur yang dapat ditemukan dalam semua kebudayaan di seluruh dunia, yaitu :
a.    Bahasa
b.    Sistem pengetahuan
c.    Organisasi sosial
d.    Sistem peralatan hidup dan teknologi
e.    Sistem mata pencaharian untuk hidup
f.     Sistem regili
g.    Kesenian
                 Menurut Ralph Linton, unsur-unsur kebudayaan dari yang terbesar (pokok) sampai terkecil, ada lima macam, yaitu :
a.    Culture universals (misalnya kebudayaan manusia primitf)
b.    Cultural activities (hidup dengan mata pencaharian berburu)
c.    Trait complexes (berburu dengan panah, busur, anak panah, wadah, anak panah)
d.    Traits (anak panah)
e.    Items (ujung, tangkai, dan bulu anak panah sebagai bagian-bagian dari anak panah)
                 Menurut Koenjaraningrat (2002) berpendapat pada dasarnya unsur universal kebudayaan Indonesia ini meliputi berbagai hal sebagai berikut:
a.    Sistem religi dan upaca keagamaan
b.    Sistem organisasi kemasyarakatan
c.    Sistem pengetahuan
d.    Bahasa
e.    Kesenian
f.     Sistem mata pencaharian hidup
g.    Sistem teknologi dan peralatan.
3.    Sebab-sebab muncuknya kebudayaan
a.    Anggapan bahwa adanya hukum pemikiran atau perbuatan manusia yang muncul karena adanya tindakan besar menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya sama.
b.    Anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya.
4.    Jenis-jenis kebudayaan
Hasil kebudayaan manusia secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a.    Kebudayaan material (material culture/kebendaan) ialah wujud kebudayaan yang berupa benda-benda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti rumah, gedung, senjata dan sebagainya.
b.    Kebudayaan non material (rohaniah) ialah wujud kebudayaan yang tidak berupa benda-benda kongkret yang merupakan hasil cipta (filsafat dan ilmu pengetahuan) dan rasa manusia (norma).   
5.    Wujud kebudayaan
                 Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu:
a.    Komplek gagasan konsep dan pemikiran manusia, wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat pada pikiran-pikiran manusia yang menganutnya.
b.    Komplek aktivitas; berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial.
c.    Wujud sebagai benda, aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak terlepas dari penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuan.
                 Menurut koentjaraningrat (2005) berpendapat bahwa kebudayaan dibeda-bedakan sesuai dengan wujudnya, yaitu :
a.    Kebudayaan fisik. Kebudayaan sebagai artifacts atau benda-benda fisik meliputi semua benda hasil karya manusia yang bersifat konkret dan bisa diraba serta difoto.
b.    Kebudayaan sistem sosial. Kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola. Kebudayaan dalam wujud ini masih bersifat konkret, dapat difoto dan dapat difilmkan.
c.    Kebudayaan sebagai sistem budaya. Wujud kebudayaannya adalah gagasan dan tempatnya ada pada pikiran tiap orang yang menganut kebudayaan tersebut, yang dibawanya ke mana ia pergi.
d.    Kebudayaan sebagai sistem ideal. Kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis; gagasan-gagasan yang sejak awal telah dipelajari oleh individu penganut kebudayaan karena itu sangat sukar diubah.
6.    Hubungan antara wujud-wujud kebudayaan
                 Kebudayaan sistem ideal memberi arah kepada perbuatan, cipta, karsa, dan karya manusia.  Berbagai ide, gagasan, yang berpusat pada pikiran-pikiran manusia penganut kebudayaan maupun aktivitas manusia menghasilkan benda-benda kebudayaan fisik yang bersifat konkret, bisa diraba, dan difoto. Sebaliknya, kebudayaan yang bersifat fisik  (artifacts) itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang adakalanya makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula aktivitas-aktivitasnya, pola-pola perbuatannya, bahkan juga mempengaruhi cara-cara berikirnya.

KB 2 Hakikat Kebudayaan
A.   Karakteristik-karakteristik Pokok Kebudayaan
1.    Kebudayaan adalah milik bersama
                   Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai, dan standar perilaku atau sebutan persamaan (common denominator) dalam kelompoknya atau masyarakat, yang menyebabkan perbuatan individu dapat dipahami oleh kelompoknya. Tidak ada masyarakat manusia yang tidak berbudaya, seperti halnya tidak ada masyarakat tanpa individu. Sebalinya, tidak ada masyarakat manusia yang tidak berbudaya. Senya anggota masyarakat saling terikat oleh kesadaran identitas kelompok.
2.    Kebudayaan adalah hasil belajar
                   Kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koenjaraningrat, 1985). Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain ini disebut enkulturasi. Melalui kebudayaan, manusia melakukan aktivitas belajar, berkomunikasi, dan menguasai obyek-obyek yang bersifat fisik. Kemampuan untuk belajar ini dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir simbolik.
3.    Kebudayaan didasarkan pada lambang
                   Aspek simbolis yang penting dari kebudayaan adalah bahasa. Bahasa simbolis adalah fundamen tempat kebudayaan manusia dibangun.
       Kebudayaan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.    Organik dan super organic. Kebudayaan bersifat organik sebab kebudayan muncul karena aktivitas organ manusia. Kebudayaan bersifat super organik juga karena merupakan hasil karya manusia dan bukan berakar pada naluriah.
b.    Overt (terlihat) dan convert (tersembunyi). Overt didasarkan dalam bentuk aktivitas manusia seperti makanan, minuman bahasa dan sebagainya. Convert yakni dalam sikap dasar terhadap alam fisik dan alam gaib.
c.    Ideal dan actual (manifest). Kebudayaan ideal terdiri atas cara berbuat yang mereka yakini harus dilakukan sedangkan bersifat actual (manifest) maksudnya kebudayaan itu merupakan tindakan-tindakan yang nyata.
d.    Stabil dan berubah. Ada beberapa hal yang dipertahankan oleh masyarakat agar tetap tidak berubah (Stabil) tetapi ada pula beberapa hal yang  yang diubah di dalam masyarakat

B.   Fungsi Kebudayaan
                   Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989) mengemukakan fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia sebagai berikut :
1.    Pelanjut keturunan dan pengasuhan anak
2.    Pengembang kehidupan ekonomi
3.    Transmisi budaya     
4.    Religi (keagamaan)
5.    Pengendalian sosial
6.    Rekreasui
C.   Proses Pembudayaan
                   Proses pembudayaan adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya :
1.    Internalisasi    :  merupakan proses penyerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia
2.    Sosialisasi       :  proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta keterampilan-keterampilan sosial
3.    Enkulturasi     :  berbaurnya seseorang ke dalam suatu lingkungan kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu  yang alamiah belaka.
4.    Difusi              :  meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga menjadi satu kebudayaan
5.    Akulturasi       :  percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampiran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
6.    Asimilasi         :  proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.
D.   Kerangka Kebudayaan
                   Kerangka kebudayaan merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang digambarkan melalui bagan lingkaran. Kerangka kebudayaan menurut Koenjaraningrat (2005) dapat digambarkan dengan empat lingkaran konsentris. Lingkaran 1 merupakan “kebudayaan fisik” yang berarti lingkaran untuk semua benda hasil karya manusia yang bersifat konkret. Lingkaran 2 “sistem sosial”, semua pola perbuatan manusia dari waktu ke waktu dan dari hari ke hari, dari masa ke masa sebagai pola-pola perilaku yang dilakukan berdasarkan sistem. Lingkaran 3 “sistem budaya”. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat abstrak dan hanya dapat dipahami dan diketahui setelah ia mempelajari. Lingkaran 4 adalah “nilai-nilai budaya” digaramkan dalam lingkaran yang paling dalam merupakan inti dari semua unsur yang lain yang menentukan sifat corak dari pikiran, cara berfikir, serta pola perilaku manusia.

E.   Perkembangan Budaya Dari Masa Ke Masa
1.    Evolusionisme
                   Morgan berpendapat bahwa evolusi sosial yang dimaksud adalah bahwa masyarakat dan kebudayaan maju apabila peralatan teknik untuk pencaharian hidup mengalami perbaikan. Adapun alat teknik itu berguna untuk menguasai alam.
2.    Difusionisme
                   Morgan mengatakan bahwa perkembangan evolusi kebudayaan dan masyarakat terdiri dari beberapa tingkatan diantaranya :
a.    Zaman liar tua; kehidupannya adalah dari mencari akar-akaran dan tumbuh-tumbuhan liar.
b.    Zaman liar madya; manusia meninggalkan tempat asalnya dan menyebar ke daerah-daerah lebih luas.
c.    Zaman liar muda; manusia sudah membuat panah dan busurnya serta ditemukannya seni untuk membuat priuk
d.    Zaman bar-bar tua; masyarakat sudah mengenal beternak atau bercocok tanam
e.    Zaman bar-bar madya; masyarakat sudah pandai mencairkan biji besi.
f.     Zaman bar-bar muda; manusia sudah mengenal pembuatan besi dan mengenal tulisan.
g.    Zaman peradaban; sudah mengenal tulisan hingga sekarang. Zaman ini terbagi menjadi dua yaitu peradaban kuno dan peradaban modern.

F.    Budaya Global, Nasional dan Lokal
1.    Budaya global
                   Budaya global merupakan budaya modern yang bersifat global (mendunia) yang tercipta akibat kemajuan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi informasi.

2.    Budaya nasional
                   Kebudayaan nasional diartikan sebagai kebudayaan integral merupakan suatu totalitas dari proses dan hasil segala aktivitas bangsa Indonesia dalam bidang estetika, modal dan ideasional.
3.    Budaya lokal
                   Budaya lokal merupakan wujud budaya masing-masing daerah di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam membangun budaya nasional. Budaya lokal merupakan akar budaya nasional yang harus dipelihara dengan baik.



MODUL 7
EKSISTENSI PERUBAHAN SOSIAL
HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN FORMAL, NONFORMAL DAN INFORMAL

KB 1. Eksistensi Perubahan Sosial dan Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal
A.   Eksistensi Perubahan Sosial
1.    Pengertian perubahan sosial
                   Perubahan sosial adalah segala proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi-fungsi suatu sistem sosial. Perubahan sosial adalah perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam lingkup hidup masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi sistem sosilanya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok di dalam masyarakat.
2.    Bentuk-bentuk perubahan sosial
a.    Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.
b.    Perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar pengaruhnya
c.    Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.
3.    Sebab-sebab terjadinya perubahan sosial
a.    Penyebab yang datangnya dari dalam masyarakat
1)    Perubahan penduduk
2)    Penemuan-penemuan baru
3)    Pertentangan atau konflik masyarakat
4)    Terjadinya revolusi intern di dalam masyarakat
b.    Penyebab yang berasal dari luar masyarakat    
1)    Lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia
2)    Peperangan
3)    Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
B.   Eksistensi Pendidikan
                   Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara formal di lingkungan persekolahan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar lingkungan sekolah. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan keluarga.
                   UNESCO merumuskan pendidikan itu secara luas adalah :
1.    Learning how to think (belajar bagaimana berfikir);
2.    Learning how to do (belajar bagaimana melakukan);
3.    Learning how to be (belajar bagaimana menjadi);
4.    Learning how to learn (belajar bagaimana belajar);
5.    Learning how to live together  (belajar bagaimana hidup bersama);

KB 2. Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Demokratisasi Pendidikan Hubungannya Perubahan Sosial
1.    Globalisasi
a.    Pengertian
                   Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Globalisasi tumbuh dan berkembang dengan pesat sebagai akibat peastnya arus informasi dan komunikasi.
b.    Proses globalisasi dan dampak-dampaknya
                   Proses globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan paham kapitalisme, yakni semakin terbuka dan semakin mengglobalnya peran pasar, investasi, dan proses produksi dari perusahaan-perusahaan transnasional yang kemudian diikutkan oleh ideology dan tatanan dunia perdagangan berdasarkan aturan organisasi perdagangan bebas secara global.
                   Globalisasi dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Arus informasi dan komunikasi yang gencar dapat memudahkan setiap orang untuk mengakses pengetahuan, informasi dan data di berbagai belahan dunia.

c.    Globalisasi dan pendidikan
                   Globalisasi terkait erat dengan pendidikan dan kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional dan budaya-budaya nusantara. Disamping terpaan tentang gagasan-gagasan dalam pendidikan, globalisasi secara langsung menerpa setiap individu melalui buku, radio, televisi dan media lainnya.
d.    Strategi menghadai globalisasi bidang pendidikan
                   Pengaruh sosial budaya global yanga dakalanya disertai oleh kedatangan masyarakat pendukungnya, pada satu sisi dapat melengkapi tradisi dan pedoman kehidupan masyarakat lokal apabila tatanan global itu selaras dengan falsafah budaya bangas, namun disisi lain dapat mengancam eksistensi budaya bangsa apabila tatanan global tidak sejalan dengan falsafah dan budaya bangsa.
2.    Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
                   Perkembangan ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan landasan ontologis (objek ilmu itu sendiri), epistemologis (metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan), dan aksiologisnya (penggunaan ilmu pengetahuan)
                   Tokoh yang banyak sumbangsihnya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain :
a.    Tonggak Aristoteles                    f.     Joh Dalton
b.    Albert Einstein                            g.    Leonhard Euler
c.    Isaac Newton                              h.   Gregory Pincus
d.    Neils Bohr                                   i.     Thomas Malthus
e.    Johannes Kepler                          j.     Enrico Fermi
3.    Demokratisasi di Bidang Pendidikan     
a.    Pengertian
                   Demokratisasi merupakan suatu perubahan baik itu cepat maupun perlahan menuju arah demokratis. Demokratis pada dasarnay adalah aturan di dalam sistem politik yang demokratis, dimana warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia publik.
b.    Demokratisasi di bidang pendidikan
                   Implementasi dari pendidikan yang demokratis, adalah partisipasi dari segenap lapisan masyarakat dengan tujuan utama untuk berperan aktif bersama sekolah dalam membangun fasilitas pendidikan. Berbagai laposan masyarakat yang terdiri dari orang tua siswa, ahli pendidikan, tokoh masyarakat, organisasi profesi dan dunia usaha serta dunia industry tanpa pandang suku, agama, budaya, adat istiadat dan sebagainya bergaung dalam organisasi Komite Sekolah untuk berembug bersama, melakukan berbagai upaya demi untuk membangun prestasi pendidikan.
                   Pendidikan memberikan konstribusi yang substansial terhadap kehidupan yangt lebih baik. Orang-orang cerdas memperoleh banyak keuntungan dan penghargaan atas prestasinya yang berguna bagi kehidupan manusia. Sehubungan hal tersebut maka proses pendidikan nasional dapat dirumuskan sebagai proses hominisasi dan proses humanisasi.

           

MODUL 8
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

KB 1. Hakikat Sistem Pendidikan Nasional
1.    Pengertian Sistem Pendidikan Nasional
                 Sistem merupakan suatu totalitas dari seluruh unsur yang saling berhubungan. Pengertian sistem menunjuk kepada 2 hal pokok yaitu (1) sistem fisik dan (2) sistem abstrak.
                 Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapati tujuan pendidikan nasional (pasa 1 ayat 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
2.    Unsur-unsur Pokok Sistem Pendidikan Nasional
Philip H. Coombs yang dikutip oleh Depdikbud (1984/1985: 68) mengidentidikasi adanya 12 komponen pokok sistem pendidikan sebagai berikut :
a.    Tujuan dan prioritas               f.     Pendidik (guru)
b.    Anak didik (siswa)                 g.    Alat bantu belajar
c.    Pengelolaan                            h.    Fasilitas
d.    Struktur dan jadwal               i.     Teknologi
e.    Isi (kurikulum)                        j.     Pengawasan mutu
KAzik (1969 : 1) menyebutkan bahwa suatu sistem memiliki tiga unsur (komponen) pokok: (1) tujuan (2) isi atau komponen, dan (3) proses.
3.    Tujuan Pendidikan Nasional
                 Menurut UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tujuan pendidikan dirumuskan sebagai berikut :
       Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mnejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

4.    Komponen-komponen Sistem Pendidikan Nasional
                   Komponen-komponen sistem pendidikan nasional tersebut dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu (1) satuan pendidikan sekolah; merupakan bagian dari sistem pendidikan yang bersifat formal, berjenjang dan berkeseinambungan, dan (2) satuan pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan dalam keluarga, pendidikan melalui kelompok-kelompok belajar, kursus-kursus, dan satuan pendidikan lain yang sejenis. Pendidikan pada satuan pendidikan ini dapat bersifat informal maupun formal.
5.    Proses Sistem Pendidikan Nasional
                 Yang dimaksud proses dalam pendidikan nasional adalah mekanisme kerja dalam bentuk berbagai ketentuan, aturan, maupun prosedur yang memungkinkan seluruh komponen sistem pendidikan (pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah untuk berbagai jenis dan jenjang) bekerj dan menunaikan fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

KB 2. Masalah-masalah Pendidikan Nasional dan Solusinya
1.    Rendahnya pemerataan pendidikan
                   Masalah tidak meratanya peluang untuk mendapatkan layanan pendidikan secara umum ditimbulkan oleh terus meningkatnya pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan daya tampung dan kapasitas layanan pendidikan tersebut.
2.    Rendahnya mutu pendidikan
                   Bagi masyarakat yang memiliki finansial cukup kuat dan ingin mendapatkan pendidikan berkualitas, mreka dapat memperolehnya di sekolah tertentu dengan harga yang relatif lebih mahal yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Dampak dari pendidikan yang tidak berkualitas tersebut diantara adalah rendahnya tingkat relevansi antara kualitas hasil belajar siswa dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

3.    Rendahnya relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
Faktor-faktor yang berkaitan dengan rendahnya relevansi
adalah :
a.    Rendahnya kemampuan menguasai life skill yang relevan
b.    Rendahnya relevansi pendidikan dengan potensi daerah
c.    Rendahnya kemitraan dengan dunia usaha/dunia industri
4.    Rendahnya efektivitas pendidikan
                   Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa salah satu penyebabnya adalh tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan.
5.    Rendahnya efisiensi pendidikan
                   Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar, dan banyak hal yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.



Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...