Sunday 29 January 2017

HUBUNGAN SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU NIFAS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004). Proses involusi ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi disebabkan oleh  kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus. Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan  mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya perdarahan (Anggraini, 2010). Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm di bawa umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis (Bobak, 2005). 
Kenyataannya di masyarakat masih banyak ibu-ibu post partum belum tahu tentang senam nifas, sehingga ibu-ibu tidak melaksanakan. Hal ini disebabkan antara lain kurang informasi, ibu belum menyadari tentang manfaat senam nifas. Melakukan senam nifas akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen yang mana kebutuhan akan meningkat, berarti memerlukan aliran darah yang kuat seperti otot rahim bila dilakukan senam nifas akan merangsang kontraksinya, sehingga kontraksi uterus akan semakin baik, pengeluaran lochia akan lancar sehingga mempengaruhi proses involusi Rahim (Endar Sari, 2012).
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat (Bobak, 2005). Senam Nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut (Anggriyana, 2010). Fenomena yang terjadi di masyarakat, masih banyak ibu bersalin yang enggan  atau kurang termotivasi dalam mengikuti senam nifas, sehingga proses involusi uterinya menjadi lambat.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Target AKI di Indonesia pada tahun 2016 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2016).  Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr. Harsono, Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Timur sudah berada di bawah target Millenium Development Goals (MDGs) 2016, sebesar 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Secara rinci, data laporan kematian ibu Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota se Indonesia melaporkan tahun 2011 sebesar 101,4 per 100.000 kelahiran hidup; tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran hidup; dan tahun 2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2016). Menurut penelitian Edmond (2006) pada 11.000 ibu nifas yang melakukan senam nifas didapatkan 76,4% ibu mengalami involusi uterus yang cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara di Indonesia pada tahun 2008 hampir 33,8% ibu mengalami sub involusi uterus karena ibu tidak pernah melakukan senam nifas (Sulistyowati, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2010 didapatkan bahwa hampir 68% ibu nifas tidak pernah melakukan senam nifas. Alasan sebagian besar ibu adalah takut sakit dan takut nyeri luka jahitan (Zahra, 2011).
Perawatan pasca persalinan perlu dimulai sebelum persalinan yaitu dengan melakukan senam hamil yang teratur sejak kehamilan berumur kira-kira 6 bulan. Tahap selanjutnya dengan melakukan senam nifas setelah melahirkan yang merupakan salah satu bentuk ambulasi dini untuk mengembalikan perubahan fisik seperti saat sebelum hamil dan mengembalikan tonus otot-otot perut bagian bawah (Mochtar, 2005). Pada masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil (Wiknjosastro, H, 2005). Oleh karena itu, untuk mengembalikan pada kondisi semula maka diperlukan senam nifas. Saat melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah proses involusi. Selain itu, gerakan senam nifas dapat secepat mungkin meningkatkan otot-otot yang mengalami pengendoran selama kehamilan dan persalinan kembali normal (Widianti dan Proverawati, 2010). Adanya kontraksi otot-otot perut selama mengikuti senam nifas akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah melahirkan (Williams dan Wilkins, 2006).
Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya perdarahan. Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkirakan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya (Anggraini, 2010).
Dengan melihat manfaat senam nifas pada ibu post partum ini memang sangat memerlukan peran penting dari keluarga atau keinginan sendiri dengan adanya upaya-upaya yang harus ditingkatkan yaitu upaya promotif dan preventif, upaya promotif misalnya memberikan penyuluhan tentang senam nifas.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Konsep Dasar Nifas (puerperium)
2.1.1        Pengertian Nifas
                        Masa Nifas (Perperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha,2009).
                        Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaa yang normal (Manuaba, 2010).
                        Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 Minggu (Prawirohardjo, 2008: 122).

2.1.2   Tahapan Masa Nifas
                        Menurut Ambarwati (2008) membagi masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1.    Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolahkan berdiri dan    berjalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.    Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang  lamanya 6-8 minggu.
3.    Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.1.3   Perubahan fisiologi Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2008), Perubahan fisiologi Masa Nifas adalah sebagai berikut:
1.         Perubahan Sistem Reproduksi
1)    Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus selam persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum.
Pada involusi uterus, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.Dengan penimbunan saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena prose involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
(1)   Lochea Rubra / Merah ( Kruenta)
                 Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 post partum.Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,lemak bayi,lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
(2)   Lochea Sanguinolenta
                 Cairan yang keluar berwarna kecokelat yang berlendir.Berlangsung dari ke 4 sampai ke 7 post partum.
(3)   Lochea Serosa
                 Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leokusit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.
(4)   Lochea Alba / Putih
                 Mengandung leokosit, sel desidusa, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama dua sampai enam post partum.

2)    Cerviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan.
Proses Involusi Uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat gambaran sebagai berikut :
(1)   Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir sepanjang 12 X 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
(2)   Pada pembuluh darah terjadi terdaji pembentukan thrombosis, disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
(3)   Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, karena minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
(3)   Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan loklea.
(4)   Luka bekas implantasi placenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. (5) Kesembuhan sempurna pada saat akhir  dari masa puerperium.
3)    Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidu yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat dari kondisi asam yang ada pada vagina normal.  Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita lochea yang berbau kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, servik tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks berbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelaha 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 post partum serviks menutup.
4)    Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum. Penurunan hormoneestrogen pada masa post partumberperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke empat.
2.        Perubahan Sistem Pencernaan
                   Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada laserasi jalan lahir.Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
3.        Perubahan Sistem Perkemihan
                   Kadang-kadang puerpurium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga karena edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.Dilatasi ureter dan pyeulum normal kembali dalam waktu 2 minggu.
4.        Perubahan Sistem Muskuluskeletal
                   Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

2.1.4    Macam-macam infeksi Nifas
                        Menurut Saifudin (2006), macam-macam infeksi nifas antara lain :
1.    Metritis
                   Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan. Apabila pengobatan atau penatalaksanaan terlambat maka metritis bisa berkembang menjadi abses.pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan intertilitas.
2.    Bendungan payudara
                   Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
3.    Infeksi payudara
                     Infeksi payudara sesudah persalinan. Infeksi payudara ada 2 yaitu :
1)    Mastitis
       Payudara tegang atau indurasi tegang dan kemerahan.
2)    Abses payudara
       Terdapat masa padat, mengeras di bawah kuilit yang kemerahan.
4.    Infeksi luka parienal dan abnormal
                   Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
5.    Peritonitis
                   Terjadinya radang pada peritonium.Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh di dalam uterus langsung mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamnetum latum yang menyebabkan parametritis.
6.    Abses pelvis
       Terdapat masa pada pada pelvis (panggul).

2.2         Konsep Dasar Senam Nifas
2.2.1        Pengertian Senam nifas
                        Senam Nifas merupakan latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan  selama kehamilan dan persalinan dapat kembali  kepada kondisi normal seperti semula. (Ervinasby, 2008).
                        Senam Nifas adalah senam yang dilakukan  pada saat seorang ibu menjalani masa nifas atau masa setelah melahirkan. (Idamaryanti, 2009).

2.2.2        Alasan Senam Nifas
                        Alasan mengapa ibu sesudah melahirkan perlu melakukan senam, menurut Nurdiana (2014)  antara lain:
1.        Otot dasar panggul meregang
2.        Otot dinding perut kendor
3.        Sikap dan bentuk tubuh berubah
2.2.3        Manfaat Senam Nifas
            Menurut Nurdiana (2014),  manfaat senam nifas antara lain:
1.    Manfaat Senam Nifas Secara Umum
1)        Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal.
2)        Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
3)        Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehinggan mengurangi depresi pasca persalinan.
2.    Manfaat Khusus Latihan Perut
1)        Mengurangi resiko sakit punggung dan pinggang
2)        Mengurangi varises vena
3)        Mengurangi edema di kaki
4)        Memperlancar peredaran darah
5)        Mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena (thromboplebitis)
6)        Mengatasi kram kaki
3.    Manfaat Khusus Latihan Parienal
1)        Membantu menghindari terjadinya inkontinensia (mengompol akibat stress).
2)        Mencegah turunnya organ-organ pinggul.
3)        Mengatasi masalah seksual.
2.2.4        Kerugian bila tidak melakukan senam nifas (Nurdiana, 2014)
            Menurut Nurdiana (2014)  kerugian bila tidak melakukan senam nifas, antara lain:
1.        Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan.
2.        Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.
3.        Thrombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah.
4.        Timbul varises.

2.2.5        Tujuan Senam Nifas
Mengembalikan kekuatan otot-otot badan supaya ibu sehat jasmani dan memulihkan kondisi fisik tubuh seperti semula atau mendekati seperti semula  (Bobak, 2005)

2.2.6        Langkah-Langkah Senam Nifas
Menurut Manuaba (2009) langkah-langkah senam nifas sebagai berikut :
1.        Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru.
2.  Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
3.      Kontraksi vagina. Berbaling terlentang.kedua kaki sedikit diregangkan. Tarik    dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
4.    Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/ kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan tiga detik kemudian rileks.
5.    Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan tiga detik dan rilekskan dengan perlahan..
6.        Posisi seperti yang diatas. Tempatkan lengan lurus dibagian luar lutut kiri.
7.    Tidur telentang,kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.
8.   Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama setengah menit.
9.     Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
10.    Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
11. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
12.    berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit.
13.    Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan. kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahan-lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama setengah menit.

2.3     Konsep Dasar Involusi Uterus
2.3.1    Pengertian Involusi Uterus
                        Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004).
            Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal. (Ramali, 2003).

2.3.2    Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi Uterus
                        Menurut Cunigham (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain :
1.        Laktasi
                   Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek samping rahim menjadi semakin keras berkontraksi. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan.
2.    Mobilisasi Dini
                   Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
3.    Gizi
                   Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari, kebutuhan tambahan energy ini adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi masyarakat di pengaruhi oleh :
1)    Pengetahuan
            Pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi membawa dampak pada kecukupan asupan nutrisi harian. Selama ini masyarakat jarang memperhatikan tata cara pemenuhan gizi dilakukan secara tidak seimbang.
2)    Lingkungan
               Kondisi lingkungan memberikan daya dukung kepada masyarakat untuk memenuhi gizi, sebagai contoh pemenuhan gizi pada daerah yang subur cenderung lebih baik dibandingkan pemenuhan gizi pada masyarakat yang memiliki lingkungan gersang. Selain kondisi lingkungan abiotik, kondisi lingkungan biotic atau masyarakat menyebabkan pola konsumsi antar masing-masing individu dalam masyarakat saling mempengaruhi.
3)    Kepercayaan
                 Kepercayaan masyarakat menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu nifas menjadi terhambat, sebagai contoh munculnya kepercayaan berpantang makanan yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan ibu nifas tidak seimbang, salah satunya adalah kebiasaan berpantang makanan yang mengandung protein tinggi dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan luka perineum, padahal kebutuhan protein meningkat untuk mendukung proses proliferasi dalam penyembuhan luka.
4)    Sosial Budaya Masyarakat
                   Kondisi sosial budaya masyarakat kadang kala menghambat nutrisi bagi ibu nifas, misalnya masih dianutnya paham patriaki yaitu lebih mengutamakan pemenuhan bapak dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan ibu.
4.    Paritas
          Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simultan dalam memberikan rangasangan kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan bercampur dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endometrium. Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran runtuhan sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan pengeluaran lochea. Volume dan kondisi pori-pori pembuluh darah uterus nulipara lebih besar sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat dibandingkan primipara. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat.

2.4        Hubungan senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu nifas
 Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Varney, 2008). Pada paska persalinan spontan banyak terjadi permasalahan yang di alami oleh ibu karena efek lanjut dari proses kehamilan, salah satu permasalahan yang dialami oleh para ibu setelah melahirkan adalah penurunan kekuatan otot perut. Dimana hal ini terjadi karena terulurnya otot-otot perut akibat dari bertambah besarnya perut pada masa kehamilan, terutama pada masa kehamilan trimester ketiga (Lesti, 2005). Menurut Suherni (2008) selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul.
Salah satu upaya untuk mengembalikan keadaan normal dan meningkatkan kekuatan otot perut adalah dengan senam nifas. Senam nifas merupakan suatu latihan yang dapat dilakukan 24 jam setelah melahirkan dengan gerakan yang telah disesuaikan dengan kondisi ibu-ibu setelah melahirkan. Senam nifas bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut (Remelda, 2008).
Senam nifas jarang dilakukan oleh ibu-ibu yang telah melakukan persalinan. Alasan ibu nifas tidak melkukan senam nifas. Pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua karena sangat bahagianya dan yang dipikirkan hanya bayi. Ketiga, takut sakit. Sebenarnya senam nifas mudah dilakukan. Ibu pasca melahirkan tidak harus melakukan gerakan bermacam-macam. Biasanya hanya duduk dan bersila. Bahkan, bila masih terasa sakit, senam nifas bisa dilakukan sambil tiduran. Kondisi tersebut berbeda dengan orang yang proses persalinannya melalui proses operasi. Jika proses persalinan degan operasi, maka tidak bisa langsung melakukan senam nifas seperti halnya proses persalinan normal. Ibu harus menunggu sampai cukup kuat dan tidak lagi sakit ketika bergerak (Narendra, 2009). Faktor yang mempengaruhi senam nifas yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kesiapan fisik dan kesiapan psikologis ibu. Sedangkan faktor eksternal meliputi bayi kedinginan dimana bayi membutuhkan dekapan ibu untuk menghangatkan tubuh bayi, kelelahan ibu, tenaga kesehatan kurang tersedia dalam mengajarkan senam nifas pada ibu post partum, bayi kurang siaga sehingga membutuhkan perhatian ibu dalam mengurus bayi (Suhaemi, 2009).

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...