BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya ukuran uterus, involusi
puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan
struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004). Proses
involusi
ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Involusi disebabkan oleh
kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus.
Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak
hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi
lochea menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek,
tidak ada perasaan mules pada ibu nifas
akibatnya terjadinya perdarahan (Anggraini, 2010). Untuk mengembalikan kepada
keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik
dilakukan pada ibu setelah melahirkan Ibu tidak perlu takut untuk banyak
bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam
melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula pada akhir kala
III persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm di bawa umbilicus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis (Bobak, 2005).
Kenyataannya
di masyarakat masih banyak ibu-ibu post partum belum tahu tentang senam nifas,
sehingga ibu-ibu tidak melaksanakan. Hal ini disebabkan antara lain kurang
informasi, ibu belum menyadari tentang manfaat senam nifas. Melakukan senam
nifas akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen yang mana kebutuhan
akan meningkat, berarti memerlukan aliran darah yang kuat seperti otot rahim
bila dilakukan senam nifas akan merangsang kontraksinya, sehingga kontraksi
uterus akan semakin baik, pengeluaran lochia akan lancar sehingga mempengaruhi
proses involusi Rahim (Endar Sari, 2012).
Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat (Bobak,
2005). Senam Nifas adalah latihan
jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya
pulih dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan
memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot
bagian punggung, dasar panggul dan perut (Anggriyana, 2010). Fenomena yang
terjadi di masyarakat, masih banyak ibu bersalin yang enggan atau kurang termotivasi dalam mengikuti senam
nifas, sehingga proses involusi uterinya menjadi lambat.
Angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator penting
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Target
AKI di Indonesia pada tahun 2016 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2016). Sementara itu, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr. Harsono, Angka Kematian Ibu (AKI) di
provinsi Jawa Timur sudah berada di bawah target Millenium Development Goals (MDGs) 2016, sebesar 102 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup. Secara rinci, data laporan kematian ibu Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Kota se Indonesia melaporkan tahun 2011 sebesar 101,4
per 100.000 kelahiran hidup; tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran
hidup; dan tahun 2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2016).
Menurut penelitian Edmond (2006) pada 11.000
ibu nifas yang melakukan senam nifas didapatkan 76,4% ibu mengalami involusi
uterus yang cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara di Indonesia pada
tahun 2008 hampir 33,8% ibu mengalami sub involusi uterus karena ibu tidak
pernah melakukan senam nifas (Sulistyowati, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa
Timur tahun 2010 didapatkan bahwa hampir 68% ibu nifas tidak pernah melakukan
senam nifas. Alasan sebagian besar ibu adalah takut sakit dan takut nyeri luka
jahitan (Zahra, 2011).
Perawatan
pasca persalinan perlu dimulai sebelum persalinan yaitu dengan melakukan senam
hamil yang teratur sejak kehamilan berumur kira-kira 6 bulan. Tahap selanjutnya
dengan melakukan senam nifas setelah melahirkan yang merupakan salah satu
bentuk ambulasi dini untuk mengembalikan perubahan fisik seperti saat sebelum
hamil dan mengembalikan tonus otot-otot perut bagian bawah (Mochtar, 2005). Pada
masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil (Wiknjosastro, H, 2005). Oleh karena itu,
untuk mengembalikan pada kondisi semula maka diperlukan senam nifas. Saat
melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan membantu
proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah proses
involusi. Selain itu, gerakan senam nifas dapat secepat mungkin meningkatkan
otot-otot yang mengalami pengendoran selama kehamilan dan persalinan kembali
normal (Widianti dan Proverawati, 2010). Adanya kontraksi otot-otot perut selama
mengikuti senam nifas akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta
keluar segera setelah melahirkan (Williams dan Wilkins, 2006).
Apabila
terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka
akan menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lochea
menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak
ada perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya perdarahan. Perdarahan
pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir
yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkirakan kehilangan
darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah
dari yang sebenarnya (Anggraini, 2010).
Dengan
melihat manfaat senam nifas pada ibu post partum ini memang sangat memerlukan
peran penting dari keluarga atau keinginan sendiri dengan adanya upaya-upaya
yang harus ditingkatkan yaitu upaya promotif dan preventif, upaya promotif misalnya
memberikan penyuluhan tentang senam nifas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Nifas (puerperium)
2.1.1
Pengertian Nifas
Masa
Nifas (Perperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha,2009).
Masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan
untuk pulihnya alat kandungan pada keadaa yang normal (Manuaba, 2010).
Masa
nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung lama kira-kira 6 Minggu (Prawirohardjo, 2008: 122).
2.1.2 Tahapan Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2008) membagi masa
nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu
kepulihan ketika ibu telah diperbolahkan berdiri dan berjalan. Dalam agama islam dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial,
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium,
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.1.3 Perubahan fisiologi Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2008), Perubahan fisiologi Masa Nifas adalah
sebagai berikut:
1.
Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus selam persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh
darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.Otot rahim terdiri
dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat
tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum.
Pada involusi uterus, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala
nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah
pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.Dengan penimbunan saat
hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lochea mempunyai perubahan karena prose involusi. Proses keluarnya darah nifas
atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
(1) Lochea Rubra / Merah (
Kruenta)
Lochea ini
muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 post partum.Cairan yang keluar berwarna
merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim,lemak bayi,lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
(2) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang
keluar berwarna kecokelat yang berlendir.Berlangsung dari ke 4 sampai ke 7 post partum.
(3) Lochea Serosa
Lochea ini
berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leokusit dan robekan atau
laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.
(4) Lochea Alba / Putih
Mengandung
leokosit, sel desidusa, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama dua sampai enam post partum.
2) Cerviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan.
Proses Involusi Uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat
gambaran sebagai berikut :
(1) Bekas implantasi
plasenta segera setelah plasenta lahir sepanjang 12 X 15 cm, permukaan kasar,
dimana pembuluh darah besar bermuara.
(2) Pada pembuluh darah
terjadi terdaji pembentukan thrombosis, disamping pembuluh darah tertutup
karena kontraksi otot rahim.
(3) Bekas luka implantasi
dengan cepat mengecil, karena minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
(3) Lapisan endometrium
dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan loklea.
(4) Luka bekas implantasi
placenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka
dan lapisan basalis endometrium. (5) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.
3) Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidu yang nekrotik dari dalam uterus.
Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism berkembang
lebih cepat dari kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah
menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada
setiap wanita lochea yang berbau kecil. Karena robekan kecil yang terjadi
selama dilatasi, servik tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks berbentuk cincin. Muara serviks yang
berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi
lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelaha 2 jam dapat dimasuki 2-3
jari, pada minggu ke 6 post partum serviks
menutup.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu post partum. Penurunan
hormoneestrogen pada masa post partumberperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu ke empat.
2.
Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya
ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada laserasi jalan
lahir.Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan
yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
3.
Perubahan Sistem Perkemihan
Kadang-kadang
puerpurium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan,
juga karena edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.Sisa urine dan
trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi.Dilatasi ureter dan pyeulum normal kembali dalam waktu 2 minggu.
4.
Perubahan Sistem
Muskuluskeletal
Ligament,
fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament
rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
2.1.4 Macam-macam infeksi
Nifas
Menurut
Saifudin (2006), macam-macam infeksi nifas antara lain :
1. Metritis
Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan. Apabila pengobatan atau penatalaksanaan terlambat
maka metritis bisa berkembang menjadi abses.pelvik, peritonitis, syok septik,
thrombosis vena, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan intertilitas.
2. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah
peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri
untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem
laktasi.
3. Infeksi payudara
Infeksi payudara sesudah persalinan. Infeksi
payudara ada 2 yaitu :
1) Mastitis
Payudara tegang atau
indurasi tegang dan kemerahan.
2) Abses payudara
Terdapat masa padat,
mengeras di bawah kuilit yang kemerahan.
4. Infeksi luka parienal
dan abnormal
Disebabkan
oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang
baik.
5. Peritonitis
Terjadinya radang pada
peritonium.Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh di dalam uterus
langsung mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan
di antara kedua lembar ligamnetum latum yang menyebabkan parametritis.
6. Abses pelvis
Terdapat masa pada pada pelvis (panggul).
2.2
Konsep Dasar Senam Nifas
2.2.1
Pengertian Senam nifas
Senam
Nifas merupakan latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat
kembali kepada kondisi normal seperti
semula. (Ervinasby, 2008).
Senam
Nifas adalah senam yang dilakukan pada
saat seorang ibu menjalani masa nifas atau masa setelah melahirkan.
(Idamaryanti, 2009).
2.2.2
Alasan Senam Nifas
Alasan
mengapa ibu sesudah melahirkan perlu melakukan senam, menurut Nurdiana
(2014) antara lain:
1.
Otot dasar panggul meregang
2.
Otot dinding perut kendor
3.
Sikap dan bentuk tubuh
berubah
2.2.3
Manfaat Senam Nifas
Menurut Nurdiana
(2014), manfaat senam nifas antara lain:
1. Manfaat Senam Nifas
Secara Umum
1)
Membantu penyembuhan rahim,
perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian
tersebut ke bentuk normal.
2)
Membantu menormalkan
sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta
mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
3)
Menghasilkan manfaat
psikologis menambah kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehinggan
mengurangi depresi pasca persalinan.
2. Manfaat Khusus Latihan
Perut
1)
Mengurangi resiko sakit
punggung dan pinggang
2)
Mengurangi varises vena
3)
Mengurangi edema di kaki
4)
Memperlancar peredaran darah
5)
Mencegah pembentukan
gumpalan darah dalam vena (thromboplebitis)
6)
Mengatasi kram kaki
3. Manfaat Khusus Latihan
Parienal
1)
Membantu menghindari
terjadinya inkontinensia (mengompol akibat stress).
2)
Mencegah turunnya
organ-organ pinggul.
3)
Mengatasi masalah seksual.
2.2.4
Kerugian bila tidak melakukan senam nifas (Nurdiana, 2014)
Menurut Nurdiana (2014) kerugian bila tidak melakukan senam nifas,
antara lain:
1.
Infeksi karena involusi
uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan.
2.
Perdarahan yang abnormal,
kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan yang abnormal dapat
dihindarkan.
3.
Thrombosis vena (sumbatan
vena oleh bekuan darah.
4.
Timbul varises.
2.2.5
Tujuan Senam Nifas
Mengembalikan kekuatan otot-otot badan supaya ibu sehat jasmani
dan memulihkan kondisi fisik tubuh seperti semula atau mendekati seperti semula (Bobak, 2005)
2.2.6
Langkah-Langkah Senam Nifas
Menurut Manuaba (2009) langkah-langkah senam nifas sebagai berikut
:
1.
Berbaring dengan lutut di tekuk.
Tempatkan tangan diatas perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat
melalui hidung dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen
untuk membantu mengosongkan paru-paru.
2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan
diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan
regangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan
regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan
tubuh.
3. Kontraksi vagina. Berbaling terlentang.kedua
kaki sedikit diregangkan. Tarik dasar
panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
4. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut
ditekuk. Kontraksikan/ kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung
mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan tiga detik kemudian rileks.
5. Berbaring terlentang, lutut
ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira-kira 45
derajat, tahan tiga detik dan rilekskan dengan perlahan..
6.
Posisi seperti yang diatas.
Tempatkan lengan lurus dibagian luar lutut kiri.
7. Tidur telentang,kedua lengan di bawah
kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan
kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.
8. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke
atas, dengan jalan meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung
dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-jari
kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama setengah menit.
9. Gerakan ujung kaki secara teratur
seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini
selama setengah menit.
10.
Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan
kanan ke atas dan ke bawah seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah
menit.
11. Tidur telentang kedua tangan bebas
bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri
dan kaki kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari
ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10
setiap hari.
12.
berbaring telentang, kaki terangkan ke
atas, kedua tangan di bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan
tekanlah sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari kasur
dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah
menit.
13.
Tidur telentang, kaki terangkat ke atas,
kedua lengan di samping badan. kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan
tekan yang kuat. Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi
perlahan-lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali
selama setengah menit.
2.3 Konsep Dasar Involusi Uterus
2.3.1 Pengertian Involusi Uterus
Involusi
uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya
ukuran uterus, involusi puerperium
dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya
dianggap sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004).
Involusi uteri
adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.
(Ramali, 2003).
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi
Uterus
Menurut
Cunigham (2007)
faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain :
1.
Laktasi
Rangsangan
psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin
dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek samping rahim
menjadi semakin keras berkontraksi. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan.
2. Mobilisasi Dini
Dengan mobilisasi dini
kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan
yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan
pembuluh darah yang terbuka.
3. Gizi
Pada masa nifas dibutuhkan
tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari, kebutuhan tambahan energy ini adalah
untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal.
Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak
maksimal, sehingga involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi
masyarakat di pengaruhi oleh :
1) Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
membawa dampak pada kecukupan asupan nutrisi harian. Selama ini masyarakat
jarang memperhatikan tata cara pemenuhan gizi dilakukan secara tidak seimbang.
2) Lingkungan
Kondisi
lingkungan memberikan daya dukung kepada masyarakat untuk memenuhi gizi,
sebagai contoh pemenuhan gizi pada daerah yang subur cenderung lebih baik
dibandingkan pemenuhan gizi pada masyarakat yang memiliki lingkungan gersang.
Selain kondisi lingkungan abiotik, kondisi lingkungan biotic atau masyarakat
menyebabkan pola konsumsi antar masing-masing individu dalam masyarakat saling
mempengaruhi.
3) Kepercayaan
Kepercayaan
masyarakat menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu nifas menjadi terhambat,
sebagai contoh munculnya kepercayaan berpantang makanan yang menyebabkan
pemenuhan kebutuhan ibu nifas tidak seimbang, salah satunya adalah kebiasaan
berpantang makanan yang mengandung protein tinggi dengan tujuan mempercepat
proses penyembuhan luka perineum, padahal kebutuhan protein meningkat untuk
mendukung proses proliferasi dalam penyembuhan luka.
4) Sosial
Budaya Masyarakat
Kondisi
sosial budaya masyarakat kadang kala menghambat nutrisi bagi ibu nifas,
misalnya masih dianutnya paham patriaki yaitu lebih mengutamakan pemenuhan
bapak dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan ibu.
4. Paritas
Oxytocin,
estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simultan
dalam memberikan rangasangan kuat myometrium
umtuk berkontraksi sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan
bercampur dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar
endometrium. Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran
runtuhan sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan
pengeluaran lochea. Volume dan
kondisi pori-pori pembuluh darah uterus nulipara lebih besar sehingga proses
pengeluaran lochea lebih cepat dibandingkan primipara. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin
tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena
kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu
kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat.
2.4
Hubungan senam nifas terhadap involusi
uterus pada ibu nifas
Persalinan adalah proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Varney, 2008). Pada paska persalinan
spontan banyak terjadi permasalahan yang di alami oleh ibu karena efek lanjut
dari proses kehamilan, salah satu permasalahan yang dialami oleh para ibu
setelah melahirkan adalah penurunan kekuatan otot perut. Dimana hal ini terjadi
karena terulurnya otot-otot perut akibat dari bertambah besarnya perut pada
masa kehamilan, terutama pada masa kehamilan trimester ketiga (Lesti, 2005).
Menurut Suherni (2008) selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama
dan otot dasar panggul.
Salah satu upaya untuk mengembalikan keadaan normal dan
meningkatkan kekuatan otot perut adalah dengan senam nifas. Senam nifas
merupakan suatu latihan yang dapat dilakukan 24 jam setelah melahirkan dengan
gerakan yang telah disesuaikan dengan kondisi ibu-ibu setelah melahirkan. Senam
nifas bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi,
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut
(Remelda, 2008).
Senam nifas jarang dilakukan oleh ibu-ibu yang
telah melakukan persalinan. Alasan ibu nifas tidak melkukan senam nifas.
Pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua karena sangat
bahagianya dan yang dipikirkan hanya bayi. Ketiga, takut sakit. Sebenarnya
senam nifas mudah dilakukan. Ibu pasca melahirkan tidak harus melakukan gerakan
bermacam-macam. Biasanya hanya duduk dan bersila. Bahkan, bila masih terasa
sakit, senam nifas bisa dilakukan sambil tiduran. Kondisi tersebut berbeda
dengan orang yang proses persalinannya melalui proses operasi. Jika proses
persalinan degan operasi, maka tidak bisa langsung melakukan senam nifas
seperti halnya proses persalinan normal. Ibu harus menunggu sampai cukup kuat
dan tidak lagi sakit ketika bergerak (Narendra, 2009). Faktor yang mempengaruhi
senam nifas yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
kesiapan fisik dan kesiapan psikologis ibu. Sedangkan faktor eksternal meliputi
bayi kedinginan dimana bayi membutuhkan dekapan ibu untuk menghangatkan tubuh
bayi, kelelahan ibu, tenaga kesehatan kurang tersedia dalam mengajarkan senam
nifas pada ibu post partum, bayi kurang siaga sehingga membutuhkan perhatian
ibu dalam mengurus bayi (Suhaemi, 2009).
No comments:
Post a Comment