Thursday 8 December 2016

Konsep Dasar MOP

1. Pengertian
Medis Operatif Pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensiasi sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2003).
Medis Operatif Pria (MOP) yaitu oklusi vas deferens sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa didalam semen atau ejakulat (tidak ada penghambat spermatozoa dari testis ke penis) (Hartanto, 2004).
Medis Operatif Pria (MOP) adalah pemotongan saluran sperma kiri dan kanan, agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma (BKKBN, 2005).

2. Aspek yang perlu dipertimbangkan
a. Aspek medis
1) Kontap merupakan tindakan pembedahan, meskipun kecil, namun selalu beresiko.
2) Kontap bersifat permanen. Bila tindakan ini berhasil, maka pasangan yang bersangkutan tidak mempunyai keturunan lagi.
b. Aspek program : kontap belum masuk program nasional, berbeda dengan kontrasepsi lain).
c. Aspek psikologis
1) Seseorang yang sudah atau akan memilih kontrasepsi mantap tidak selalu menyadari sepenuhnya konsekuensi dari pilihannya, dan motivasi tidak selalu atas pertimbangan yang rasional.
2) Memilih kontrasepsi mantap secara sukarela justru memerlukan berbagai pertimbangan yang menuntut suatu sikap dan perilaku rasional.
3) Calon peserta memutuskan untuk menghentikan kemampuan reproduksinya dengan kemungkinan kecil untuk memilih pada keadaan semula.
4) Kontrasepsi mantap yang merupakan suatu operasi kecil mudah menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran.
(Handayani, 2010 : 167)
3. Kesan MOP
a. Sukarela
Calon peserta dianggap dapat menerima kontap secara sukarela jika dalam konseling telah dibicarakan:
1) Bahwa disamping kontap masih ada berbagai pilihan cara KB lainnya.
2) Bahwa cara kontap melalui pembedahan dan karenanya selalu ada resiko
3) Bahwa cara kontap apabila berhasil tidak akan memberikan keturunan
4) Calon peserta diberi kesempatan berfikir dan mempertimbangkan kembali keputusannya, tetapi tetap memutuskan untuk memilih kontap.

b. Bahagia
1) Perkawinan syah dan harmonis
2) Memiliki anak hidup sekurang-kurangnya dua orang dengan umur anak terkecil di atas 2 tahun. Keadaan fisik dan mental anak tersebut sehat.
3) Mendapat persetujuan isteri
4) Umur istri tidak kurang dari 25 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun
5) Umur calon tidak kurang dari 30 tahun (tidak mutlak)
c. Sehat
Syarat kesehatan dilakukan melalui pemeriksaan pra-bedah oleh dokter
(Handayani, 2010 : 168)

4. Indikasi
MOP merupakan upaya untuk menghentikan infertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gagasan terhadap kesehatan pria dan penanganannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2003).
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan MOP ialah bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya

5. Kontraindikasi
a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies
b. Infeksi traktus genetalia
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya : Varicocele, Hydrocele besar, Filariasis, Hernia Inguinalis, Orchiopexy, luka parut bekas luka operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.
d. Penyakit sistematik : penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner.
e. Riwayat perkawinan, psikolog atau seksual yang tidak stabil.
(Handayani, 2010 : 169)
6 . Keuntungan
a. Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat dicheck kepastian di laboratorium
b. Aman, morbilitas rendah dan tidak ada mortalitas
c. Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di RS
d Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja
e. Tidak menganggu hubungan seksual selanjutnya
f. Biaya rendah
g. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan para medis wanita.
(Handayani, 2010 : 169)
7 . Kerugian
a. Harus dengan tindakan operatif
b. Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi
c. Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi masih harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif
d. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi (reversibilitas tidak dijamin)
e. Pada orang-orang yang mempunyai problem-problem psikologis yang mempengaruhi seks, dapat dijadikan keadaan semakin parah.
(Handayani, 2010 : 170)
8 . Tehnik Pemasangan
Berbagai tehnik MOP mulai dari yang konvensional sampai VTP (Vasektomi Tanpa Pisau) dan implikasi lainnya telah dikembangkan dan ditetapkan bagi akseptor KB pria di Indonesia yang mana setiap tehnik mempunyai keunggulan masing-masing.
Adapun tehnik-tehnik menurut Handayani (2010) adalah :
a. Tehnik konvensional/tehnik standar
Tehnik konvensional yang lazim dilakukan dengan cara memotong pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung potongannya. Karena pipa alat ini ada pada kedua belah sisi buah zakar, pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi.
Caranya, dengan membius lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini diinsisi beberapa centimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar dan dipotong kemudian masing-masing ujung pipanya diikat, lalu masukan kembali ke dalam kantung zakar. Bekas luka insisi dijahit dan selesai sudah. Prosesnya kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah zakar.
b. Teknik tanpa pisau/biasa dikenal tehnik VTP (Vasektomi Tanpa Pisau)
Vasektomi tanpa pisau, adalah suatu tehnik bedah minor tanpa menggunakan pisau bedah. Kantung buah zakar (skrotum) dilakukan pembiusan lokal, kemudian dibuat lobang (on hole) kurang lebih 2-3 cm dibawah pangkal zakar (penis), saluran benih dipotong 0,5-1 cm dan diikat pada ujungnya. Luka operasi tanpa dijahit, hanya ditutup dengan tensoplast (band aid). Proses tindakan vasektomi hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit bila dilakukan dengan tenaga dokter yang terlatih atau kompeten. Tindakan MOP tidak perlu dirawat inap, dapat kembali bekerja seperti biasa. Luka operasi akan sembuh atau kering dalam waktu 3-5 hari.
c. Tehnik pembakaran (cauterisasi)
Tehnik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi) pada pipa sel benih. Tidak perlu insisi terlebih dahulu ( no scalpel vesectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada dan setelah pipanya ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama membuat buntu pipa penyalur sel benih.

9 . Efektifitas
a. Angka keberhasilan amat tinggi (99%), angka kegagalan 0-2,2% umumnya <1%
b. Kegagalan kontap-pria umumnya disebabkan oleh:
1) Senggama yang tidak terlindungi sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa
2) Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa.
3) Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.
4) Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat> 1 vas deferens pada satu sisi)
c. Vasektomi dianggap gagal bila:
1) Pada analisis sperma setelah 3 bulan pasca-vasektomi atau setelah 10-12 kali ejakulat masih dijumpai spermatozoa
2) Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
3) Istri hamil
d. Infertilitas yang tertunda setelah kontap
1) Kontap-pria tidak langsung menyebabkan infertilitas. Spermatozoa yang ada didalam sistem reproduksi pria pada bagian urethal dari obstruksi, harus dikeluarkan semuanya sebelum pasangan suami istri terlindungi dari kehamilan.
2) Dari penelitian 95% akseptor kontap-pria menjadi azoospermik 10 minggu setelah operasinya.
3) Diperlukan pemeriksaan analisa sperma post-operatif, sampai 2 pemeriksaan berturut-turut menunjukan hasil negatif.
4) Bila 10-15 ejakulasi, semen masih mengandung beberapa spermatozoa yang tidak motil lagi, maka pria sudah dianggap steril
(Handayani, 2010 : 170)
10 . Komplikasi
Komplikasi MOP antara lain adalah infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematoma oleh karena perdarahan kapiler, terbentuknya granuloma. Komplikasi dari MOP antara lain:
a. Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan. Komplikasi ini selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah disekitar vas deferensia.
b. Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada testis, atrofi testis, atau peradangan kronik granulomadi tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat menganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibodi sperma
(Hartanto, 2004)
11 . Tempat mendapatkan pelayanan
a. Rumah sakit
b. Klinik yang tersedia pelayanan KB MOP
c. Dokter yang sudah terlatih
(Hartanto, 2004)

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...