A. Definisi Penghargaan (Reward)
Dalam Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ganjaran
adalah hadiah (sebagai pembalasan jasa), hukuman (balasan). Dari definisi ini
dapat dipahami bahwa ganjaran dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan
yang baik maupun yang buruk. Dalam
pembahasan yang lebih luas pengertian istilah ganjaran dapat dilihat sebagai
berikut:
1.
Ganjaran adalah
alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi atau
motivator belajar bagi siswa.
2.
Ganjaran adalah
hadiah terhadap perilaku baik dari anak didik dalam proses pendidikan.
3.
Ganjaran adalah
alat pendidikan represif yang menyenangkan.
Ganjaran diberikan kepada anak yang telah menunjukkan hasil-hasil baik dalam
pendidikannya. Baik dalam hal kerajinannya, kelakuannya, tingkah lakunnya,
dengan singkat, hal-hal yang menyangkut, kepribadiannya, maupun baik dalam
hal-hal berprestasi belajarnya. Atau dapat dikatakan ganjaran adalah penilaian
yang bersifat positif terhadap belajarnya murid (Amir, 2004: 127).
Jadi maksud ganjaran itu yang terpenting bukanlah
hasilnya yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai
anak itu. Pendidikan bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik
dan lebih keras pada anak itu.
Jika ganjaran itu alat mendidk, ganjaran tidak boleh
menjadi bersifat sebagai “upah”. Upah ialah sesuatu yang mempunyai nilai
sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa. Upah adalah sebagai pembayar suatu tenaga
kerja, pikiran, atau pekerjaan yang telah dilakukan oleh seseorang. Besar
kecilnya upah memiliki perbandingan yang tertentu dengan berat ringannya
pekerjaan atau banyak sedikitnya hasil yang telah dicapai seorang anak yang pada
suatu ketika menunjukkan hasil yang lebih dari pada biasanya, mungkin sangat
baik diberi ganjaran. Dalam hal ini guru hendaknya bijaksana jangan sampai
ganjaran itu menimbulkan iri hati pada anak yang lain yang merasa dirinya lebih
baik atau pandai, tetapi tidak mendapat ganjaran. Adakalnya seorang guru perlu
pula member ganjaran kepada seluruh kelas (M. Ngalim Purwanto, 2003: 182).
Jadi dapat disimpulkan bahwa reward adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang untuk
memberikan sutu penghargaan kepada seseorang karena sudah mengerjakan suatu hal
yang benar, sehingga seseorang itu bias semangat lagi dalam mengerjakan tugas
tersebut. Contohnya seorang guru telah memberikan penghargaan atau pujian
kepada siswannya yang telah menjawab pertanyaan dengan baik, maka siswa itu
semangat lagi dalam mengerjakan tugas.
Reward
merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan
terulang kembali perilaku tersebut. Reward
dapat dilakukan secara verbal ataupun non verbal dengan prinsip kehangatan,
keantusiasan dan kebermaknaan (Mulyasa, 2011: 77).
Reward
ialah respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (Buchari Alma, 2008: 30).
Dalam kegiatan belajar mengajar, reward (penguatan positif) mempunyai arti penting. Tingkah laku dan
penampilan siswa yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman ataupun
kata-kata pujian. Pemberian reward
dalam kelas akan mendorong siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar
mengajar dan mengembangkan hasil belajar (Mulyadi, 2009: 36).
B. Tujuan Reward
Menurut Buchari Alma tujuan dari adanya reward yaitu:
1.
Meningkatkan
perhatian siswa.
2.
Memperlancar
atau memudahkan proses belajar.
3.
Membangkitkan
dan mempertahankan motivasi.
4.
Mengontrol dan
mengubah sikap suka mengganggu dan menimbulkan tingkah laku belajar yang
produktif.
5.
Mengembangkan
dan mengatur diri sendiri dalam belajar
6.
Mengarahkan
kepada cara berfikir yang baik/ divergen dan inisiatif pribadi.
(Buchari Alma, 2008: 30)
Menurut Mulyadi adapun komponen-komponen yang perlu
dipahami dan dikuasai penggunannya oleh guru agar ia dapat memberikan penguatan
secara bijaksana adalah:
1.
Penguatan variabel yaitu penguatan
berupa kata-kata, pujian, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk
menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
2.
Penguatan non variabel yaitu penguatan
berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguat dengan
bentukan, penguat dengan kegiatan yang menyenangkan dan penguat berupa symbol
atau benda.
(Mulyadi, 2009: 37)
Menurut Buchari Alma komponen reward terdiri dari:
a.
Verbal Reinforcement meliputi komentar ungkapan pujian seperti baik, bagus, hebat, benar
sekali.
b.
Gestural Reinforcement meliputi senyum, mengangkat alis, tepuk tangan,
menunjuk, anggukan.
c.
Proximity
reinforcemen meliputi berjalan mendekati, berdiri didekati, duduk dekat
kelompok, berdiri diantara siswa.
(Buchari
Alma, 2008: 31)
C. Macam-Macam Reward
Menurut Amier Daien ganjaran yang kita berikan kepada
murid dapat berupa macam-macam. Namun pada garis besarnya, kita dapat
membedakan ganjaran itu kedalam empat macam yaitu:
1)
Pujian
Pujian
adalah suatu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa
kata-kata seperti: baik, bagus, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga
berupa kata-kata yang bersifat segustif, misalnya: nah, lain kali akan lebih
baik lagi, kiranya kau sekarang telah lebih rajin belajar dan sebagainya.
Disamping yang berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau
pertanda-pertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari atau jempol, dengan
menepyuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.
2)
Penghormatan
Ganjaran
yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula. Pertama berbentuk
semacam penobatan. Yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan
ditampilkan dihadapan teman-temannya. Dapat juga dihadapkan teman-teman sekelas
maupun temen-teman sekolah. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian
kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada anak yang berhasil
menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya dipapan tulis untuk
dicontoh teman-temannya. Anak yang rajin diserahi wewenang atau tugas mengurus
perpustakaan sekolah.
3)
Hadiah
Yang
dimaksud dengan hadiah disini adalah ganjaran yang berbentuk pemberian yang
berupa barang. Ganjaran yang berupa pemberian barang ini disebut juga ganjaran
materil. Ganjaran materil, yaitu hadiah yang berupa barang-barang ini dapat terdiri
dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku tulis, buku
pelajaran, dan lain sebagainya. Pemberian ganjaran yang berupa barang ini
sering mendatangkan pengaruh yang negative pada belajar siswa. Yaitu bahwa
hadiah itu lalu menjadi tujuan dari belajar anak. Anak belajar bukan karena
ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar dengan tujuan ingin mendapatkan
hadiah. Jadi berikan hadiah berupa barang ini jika dianggap perlu, dan pilihlah
pada saat yang tepat. Misalnya, kepada anak yang kurang mampu, menjelang waktu
Hari Raya Tahun Baru.
4)
Tanda
Penghargaan
Jika
hadiah adalah ganjaran yang berupa barang, maka tanda penghargaan adalah
kebalikannya. Tanda penghargaan tidak nilai dari segi harga dan kegunaan
barang-barang tersebut, seperti halnya pada hadiah. Melainkan, tanda
penghargaan dinilai dari segi kesan atau nilai-kenagnya. Oleh karna itu
ganjaran atau tanda penghargaan ini disebut juga ganjaran symbolis. Ganjaran
symbolis ini dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat-surat tanda dan
jasa, sertifikat-sertifikat, piala-pialandan sebagainya.
(Amir, 2004: 159)
Menurut M. Ngalim Purwanto untuk menentukan ganjaran macam apakah yang
baik diberikan kepada anak merupakan suatu hal yang sulit. Ganjaran sebagai
alat pendidikan banyak sekali macamnya. Sebagai contoh beberapa macam perbuatan
atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya:
1.
Guru mengangguk-angguk
tanda senang dan membenarkan sesuatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
2.
Guru memberi kata-kata
yang menggembirakan (pujian) seperti “rupanya sudah baik tulisanmu, Min. Kalau
kamu terus berlatih, akan lebih baik lagi.
3.
Pekerjaan dapat juga
menjadi suatu ganjaran. Contoh: “ engkau akan segera saya beri soal yang lebih
sedikit sukar lagi, ali, karena yang nomor 3 ini rupa-rupanya agak terlalu baik
engkau mengerjakannya.
4.
Ganjaran yang
ditunjukkan kepada seluruh kelas sangat perlu. Misalnya “ karena saya lihat
kalian telah bekerja dengan baik dan lekas selesai, sekarang saya akan
mengisahkan sebua cerita yang bagus sekali”. Ganjaran untuk seluruh kelas dapat
juga berupa bernyanyi atau pergi berdarmawisata.
5.
Gajaran dapat juga
berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Misalnya,
pensil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang lain. Tetapi dalam hal ini guru
harus sangat berhati-hati dan bijaksana sebab dengan benda-benda itu mudah
benar ganjaran berubah menjadi upah bagi siswa.
(M. Ngalim
Purwanto, 2005: 183)
D. Prinsip-Prinsip
Pengunaan Reward
Menurut
Buchari Alma prinsip pengguna reward
yaitu:
1.
Penuh hangat, antusias
dan jujur.
2.
Hindari kritikan dan
hukuman.
3.
Bervariasi.
4.
Penuh arti bagi siswa.
5.
Bersifat pribadi.
6.
Langsung atau segera.
( Buchari Alma, 2008: 32)
Menurut
Mulyadi beberapa prinsip yang melandasi penggunaa reward yaitu:
1.
Kehangatan.
2.
Kebermaknaan.
3.
Menghindari penggunaa
respon negatif
(
Mulyadi, 2009: 39).
E. Syarat-syarat ganjaran
Kalau
kita perhatikan yang telah diuraikan tentang maksud ganjaran, bilamana dan
siapa yang perlu mendapat ganjaran, serta ganjaran-ganjaran macam apakah yang
baik diberikan kepada seseorang, ternyata bahwa memberi ganjaran bukanlah soal
yang mudah. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh pendidik:
1.
Untuk memberi ganjaran
yang pedagosis perlu sekali guru mengenal betul murid-muridnya dan tahu
mengarahi dengan tepat. Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat
membawa akibat yang tidak diiiginkan.
2.
Ganjaran yang diberikan
kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati
bagi anak yang lain yang meradsa pekerjaanya juga lebih baik, tetapi tidak
mendapat ganjaran.
3.
Memberi ganjaran
hendaknya hemat. Terlalu kerap atau terus menerus memberi ganjaran dan
penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.
4.
Jangan memberi ganjaran
dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak-anak menunjukkan prestasi
kerjannya apa lagi bagi ganjaran yang diberikan diseluruh kelas. Ganjaran yang
telah dijanjikan terlebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak berburu-buru
dalam bekerja dan akan membawa kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.
5.
Pendidik harus
berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada
anak-anak diterimannya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.
(Mulyadi, 2009:184).
F. Cara mengaplikasikan ganjaran
Berbagai
macam cara yang dapat dilakukan dalam memeberi ganjaran antara lain:
1.
Pujian yang indah,
diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar.
2.
Imbalan materi atau
hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi dengan pemberian
hadiah.
3.
Doa, misalnya “semoga
Allah SWT menambah kebaikan padamu “.
4.
Tanda penghargaan, hal
ini sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi murid atas prestasinya yang
diperoleh.
5.
Wasiat kepada orang
tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang berkenan dengan kebaikan murid
sekolah, kepada orang tuannya dirumah.
(Arief
Armai, 2002: 127)
G. Kelebihan dan Kekurangan
Sebagaimana
pendekatan-pendekatan pendidk yang lainnya, pendekatan ganjaran juga tidak bisa
terlepas dari kelebihan dan kelemahan. Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan
sebagai berikut:
1.
Kelebihan
Diakui bahwa pendekatan
ganjaran memiliki banyak kelebihan, namun secara umum dapat disebut sebagai
berikut:
a)
Memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap jiwa anak didk untuk melakukan perbuatan yang positif
dan besifat progresif.
b)
Dapat menjadi pendorong
bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian
dari gurunya, baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan
motivasinya dalam berbuat yang lebih baik lagi.
2.
Kekurangan
Disamping
mempunyai kelebihan pendekatan ganjaran juga memiliki kelemahan antara lain:
a)
Dampak menimbulkan
dampak negatif apa bila guru melakukannya secara berlebihan, sehingga mungkin
bisa mengakibatkan murid menjadi merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari
teman-temannya.
b)
Umumnya ganjaran
membutuhkan alat tertentu
(Mulyadi,
2009 :
128).
No comments:
Post a Comment