Friday 2 December 2016

Konsep Persalinan Kala I

A. Pengertian Persalinan kala 1
Persalinan Kala 1 di definisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini dikenal sebagai tahap pembukaan serviks (Varney, H, 2007:672). Saat persalinan sudah dimulai kontraksi akan berkembang dan leher rahim melebar. Kala 1 persalinan normalnya berlangsung antara 2-24 jam. Lama rata-rata dari Kala 1 untuk primigravida adalah 12 1/2 jam dan untuk multigravida normalnya adalah 7 jam 20 menit. Persalinan pertama umumnya lebih lama dari pada persalinan berikutnya. Persiapkan diri untuk menjalani persalinan kala 1 yang singkat, sedang dan lama, karena tidak mungkin memperkirakan berapa lama hal ini berlangsung (Simkin, P, 2007 : 192 ).

B. Proses Persalinan kala 1 
Kala 1 persalinan berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Kala 1 persalinan ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu fase laten / persiapan, fase aktif, fase transisi. Selama fase laten, affacement lebih banyak mengalami kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat. (Bobak, 2004: 301).
a. Fase Persiapan / Laten
Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 sentimeter atau permulaan fase aktif. Fase persiapan merupakan fase terlama karena prosesnya berjam-jam, berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Fase persiapan ditandai dengan terjadinya pembukaan (dilatasi) dan penipisan leher rahim dengan pembukaan leher rahim mencapai 3 cm. Selain itu, ibu mulai merasakan kontraksi yang jelas, berlangsung selama 30-50 detik dengan jarak 5-20 menit. Semakin bertambahnya pembukaan leher rahim, semakin sering kontraksi. Beberapa ibu, khususnya yang sensitif, mulai merasa sakit. Namun, beberapa ibu lainnya tidak merasa sakit sama sekali.
Gejala-gejala pada fase persiapan, antara lain sakit punggung, dapat menetap atau hanya saat kontraksi, kejang perut seperti waktu haid, gangguan pencernaan, diare, perasaan hangat diperut, pengeluaran lendir dengan bercak darah, kemungkinan membran (ketuban) pecah diikuti keluarnya cairan ketuban, baik secara mengalir, merembes, maupun menyemprot. secara emosional ibu merasa cemas, tidak pasti, takut, gembira, lega, atau siap. Beberapa ibu merasa santai dan banyak bicara, ada juga yang tegang sehingga enggan buka mulut (Danuatmaja & Meilasari, 2004 : 26).
b. Fase aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari 4 cm (pada akhir fase laten) hingga 10 cm (akhir kala satu persalinan). Biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan. Kegiatan rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam waktu singkat. Kontraksi semakin lama (berlangsung 40-60 detik), kuat, dan sering (3-4 menit sekali). Pembukaan leher rahim mencapai 7 cm. Pada fase ini ibu mulai merasa sakit.
Gejala-gejala fase aktif adalah bertambahnya rasa tidak enak bersamaan dengan kontraksi, bertambahnya sakit punggung, rasa tidak nyaman pada kaki, keletihan, bertambahnya pengeluaran lendir dan darah. Jika sebelumnya membran (ketuban) belum pecah, mungkin akan pecah saat ini. Secara emosional ibu gelisah, makin sulit tenang maupun santai, makin tegang, tidak dapat berkonsentrasi, makin terpengaruh dengan kondisi yang sedang terjadi, rasa percaya diri mulai goyah, sepertinya persalinan tidak akan selesai, namun mungkin sebaliknya, ibu gembira dan bersemangat karena persalinan mulai terjadi (Danuatmaja & Meilasari, 2004 : 31).
c. Fase Transisi
Selama fase transisi, wanita mengakhiri kala satu persalinan pada saat hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala dua persalinan. Fase ini adalah fase yang paling melelahkan dan berat. Banyak ibu merasakan sakit yang hebat. Hal ini dikarenakan kontraksi meningkat dan menjadi sangat kuat, 2-3 menit sekali selama 60-90 detik. Puncak kontraksi yang sangat kuat dan lamanya hampir sama dengan kontraksi itu sendiri. Ibu merasa seolah-olah kontraksi tidak pernah berhenti dan tidak ada waktu istirahat diantaranya. Pembukaan rahim mencapai 10 cm, umumnya 3 cm terakhir berlangsung sangat cepat, rata-rata 15 menit hingga 1 jam.
Gejala-gejala pada fase transisi, antara lain tekanan kuat di bagian bawah punggung dan atau perineum, tekanan pada anus membuat ibu ingin mengejan sehingga mengejan tanpa terasa atau menggeram, panas dan berkeringat atau dingin dan gemetar atau bergantian, pengeluaran lendir dan darah bertambah karena banyak pembuluh darah kapiler pecah, kaki kejang, dingin dan gemetar tidak terkendali, rasa mengantuk karena oksigen berpindah dari otak ke daerah persalinan, mual, muntah, dan kehabisan tenaga (Danuatmaja & Meilasari, 2004 :33).

C. Faktor-faktor Kecemasan Persalinan Kala 1
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003:127).
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan merupakan :
a. Awareness (Kesadaran), menyadari dalam bentuk mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini sikap menjadi lebih baik lagi.
d. Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek lebih berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.
Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses dimana didasarkan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran akan tidak berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (1) Tahu (know), (2) Memahami (comprehension), (3) Aplikasi (application), (4) Analisis ( analysis), (5) Sintesis (synthesis), (6) Evaluasi (evaluation).
Tingkatan pertama adalah tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan ini adalah tingkat mengingat kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan kedua adalah memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut dengan benar. Tingkatan ketiga (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Tingkatan adalah analisis (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau salah satu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya. Tingkatan kelima adalah sintesis (synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tingkatan yang tertinggi adalah evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003 : 128).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang adalah : (1) pendidikan,
(2) sumber informasi, (3) pengalaman. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari pengalaman, media, dan lingku ngan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya. Pelaksanaan bentuk pendidikan ini antara lain dengan metode penyuluhan, seminar, diskusi, dan lain-lain. Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media.
2. Kondisi Psikologis
Ibu yang mempunyai rasa cemas disebabkan beberapa ketakutan melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu takut akan melukai bayinya. Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran (Simkin, P, 2005:77).
Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan karena efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang mendukung baik dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu (Kitzinger 1989 dalam Mander, 2003:141; Henderson, 2005:364 dan 367). Menurut Hamilton (1998) perubahan psikologis terjadi mengakibatkan perubahan perasaan cemas yaitu firasat buruk, cemas, mudah tersinggung, ketegangan akibat merasa cemas, letih, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah dan tidak dapat beristirahat, ketakutan seperti pandangan gelap, takut ditinggal sendiri, takut pada orang asing, gangguan kecerdasan seperti sukar berkonsentrasi serta perasaan depresi seperti hilang minat, sedih. (Anxiety Disorder, 2008, http://www.pikirdong.org/psikologi/psi 18axdi.php, diperoleh 28 November 2011).
3. Kondisi Fisiologis
Perubahan fisiologi yang dialami ibu selama Persalinan Kala 1 yaitu ibu mengalami peningkatan suhu tubuh tidak lebih dari 0,5-1 °C, tekanan darah, detak jantung dan pernfasan meningkat, tidak dapat tidur akibat dari his yang dirasakan, ge jala somatik yaitu nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil, gejala sensorik yaitu penglihatan kabur, gelisah,muka rebab dan merasa lemas, gejala kardiovaskuler yaitu takikardi, nyeri dada, denyut nadi meningkat, merasa lemah, denyut jantung berhenti sejenak, pada pernafasan nafas cepat, sesak nafas, merasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas pendek, gangguan gastrointestinal yaitu sulit menelan, ganggua n pencernaan, nyeri pada lambung, mual muntah dan pernafasan pada perut, gangguan urogenital yaitu tidak dapat menahan kencing, gangguan otonom dan kulit yaitu mulut ibu kering, muka merah, berkeringat seluruh tubuh, bulu roma berdiri dan terjadi perilaku sesaat yaitu ibu merasa gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, tonus otot meningkat, mengerutkan dahi, dan nafas pendek dan cepat ( Hamilton, 1998; Stuart, 2006, : 148).
4. Pendamping Persalinan
Kemajuan persalinan dapat difasilitasi apabila wanita merasa aman, dihormati terhadap keamanannya oleh pasangannya atau orang yang dicintainya berperan penting atas perasaan tersebut. Sebaliknya, perasaan malu atau tidak berharga, merasa diawasi, merasa dalam bahaya, merasa diperlakukan tanpa hormat, merasa diabaikan atau dianggap remeh, dapat memicu reaksi psikobiologis yang mengganggu efisiensi kemajuan persalinan (Simkin, P, 2005 : 13). Setelah melalui banyak penelitian, terungkap bahwa kehadiran suami di ruang bersalin untuk memberi dukungan kepada istri dan membantu proses persalinan, ternyata banyak mendatangkan kebaikan bagi proses persalinan. Kehadiran suami disamping istri membuat istri merasa lebih tenang dan siap menghadapi proses persalinan (Musbikin, 2007:262).
5. Paritas
Paritas juga dapat mempengaruhi kecemasan dimana paritas merupakan faktor yang bisa dikaitkan dengan psikologis. Pada primigravida yang tidak ada bayangan menegenai apa yang akan terjadi saat bersalin nanti dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan ini mempengaruhi ibu berfikiran proses persalinan yang menakutkan menurut psikolog Universitas Padjadjaran Dra Sri Rahayu Astuti, M.si da n Psikolog Nungki Nilasari, S.Psi dari RSB Permata Hati apalagi jika persalinan pertama si calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti, jangankan yang pertama pada persalinan kelima pun masih wajar bila ibu merasa cemas atau khawatir (Amalia, T, 2009, http://titian amalia.wordpress.com, diperoleh tanggal 25 November 2011).
6. Usia
Dalam hasil penelitian Susiaty (2008, http://library. gunadarma.ac.id diperoleh tanggal 28 November 2011). diketahui bahwa selain usia kehamilan penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas 31-40 tahun karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut akan menanggung resiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan sindrom down. Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai usia lanjut (Pikirdong, 2008, http://www.pikirdong.org, diperoleh tanggal 28 November 2011).
7. Penolong Persalinan
Sebuah tinjauan dari beberapa negara mengkaji efek dukungan dalam persalinan, tinjauan ini penelitian mengenai dukungan yang diberikan oleh bidan, perawat, hasil penelitiannya megindikasikan bahwa dukungan dari orang yang terlatih akan mengurangi durasi kelahiran, penghilang rasa nyeri . intervensi utama dikhususkan meliputi kehadiran orang-orang terlatih, pemberian sentuhan yang membuat nyaman dan kata- kata pujian serta penguatan (Henderson, 2005, : 367 ).

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...