Wednesday 30 November 2016

Konsep overweight

A. Pengertian
Overweight adalah suatu keadaan dimana adanya kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal baik karena adanya penimbunan jaringan lemak atau non lemak (Flier dan Maratos, 2008). Kelebihan berat badan adalah ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energi yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006). Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. (Ganong W.F, 2003).

B. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening overwight
Overweight dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:

1. IMT
Menurut Thomas Timmreck (2005) berat badan berlebih (overweight) didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI = berat [kg]/tinggi[m] sebesar 27,8 ke atas untuk laki-laki dan 27,3 ke atas untuk perempuan. Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Table 2.1 Klasifikasi IMT berdasarkan jenis kelamin
TABEL IMT
REMAJA PEREMPUAN USIA 10 – 19 TAHUN
No
Usia
(thn)
Sangat kurus
(kurang dari)
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat gemuk
(lebih dari)
1
10
12,4
12,4 – 13,4
13,4 – 18,9
19,0 – 22,6
22,6
2
11
12,7
12,7 – 13,9
14,0 – 19,8
19,9 – 23,7
23,7
3
12
13,2
13,2 – 14,3
14,4 – 20,7
20,8 – 25,0
25,0
4
13
13,6
13,6 – 14,9
15,0 – 21,7
21,8 – 26,2
26,2
5
14
14,0
14,0 – 15,3
15,4 – 22,6
22,7 – 27,3
27,3
6
15
14,4
14,4 – 15,8
15,9 – 23,4
23,5 – 28,2
28,2
7
16
14,6
14,6 – 16,1
16,2 – 24,0
24,1 – 28,9
28,9
8
17
14,7
14,7 – 16,3
16,4 – 24,7
24,5 – 29,3
29,3
9
18
14,7
14,7 – 16,3
16,4 – 24,7
24,8 – 29,5
29,5
10
19
14,7
14,7 – 16,4
16,5 – 24,9
25,0 – 29,7
29,7
TABEL IMT
REMAJA LAKI-LAKI USIA 10 – 19 TAHUN
No
Usia
(thn)
Sangat kurus
(kurang dari)
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat gemuk
(lebih dari)
1
10
12,8
12,8 – 13,7
13,8 – 18,4
18 ,5– 21,4
21,4
2
11
13,1
13,1 – 14,1
14,2 – 19,1
19,2 – 22,4
22,4
3
12
13,4
13,4 – 14,4
14,5 – 19,9
20,0 – 23,6
23,6
4
13
13,8
13,8 – 14,9
15,0 – 20,8
20,9 – 24,8
24,8
5
14
14,3
14,3 – 15,5
15,6 – 21,8
21,9 – 25,9
25,9
6
15
14,7
14,7 – 16,0
16,1 – 22,7
22,8 – 27,0
27,0
7
16
15,1
15,1 – 16,5
16,6 – 23,5
23,6 – 27,9
27,9
8
17
15,4
15,4 – 16,9
17,0 – 24,3
24,4 – 28,6
28,6
9
18
15,7
15,7 – 17,3
17,4 – 24,9
25,0 – 29,2
29,2
10
19
15,9
15,9 – 17,5
17,6 – 25,4
25,5 – 29,7
29,7
World bank. Respotioning Nutrition as Cantral to Development : A Strategy for Large-Scale Action. Washington DC : World Bank, 2006
2. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehingga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005).
Tabel 2.2 Kriteria ukuran pinggang berdasarkan etnis
Negara/grup etnis
Lingkar pinggang (cm) pada obesitas
Eropa
Pria >94
Wanita >80
Asia Selatan, Cina, Melayu, dan Asia-India
Pria >90
Wanita >80
Jepang
Pria >85
Wanita >90
Amerika Tengah
Gunakan rekomendasi Asia Selatan
hingga tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika
Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
3. Menghitung Berat badan ideal
Berdasarkan Setiadi (2008) cara menghitung berat badan ideal adalah sebagai berikut: :
a. Berat badan normal
Berat badan normal = Tinggi badan – 100
Contoh :
Jika tinggi kita dari ujung kaki hingga ujung kepala 160 cm maka berat badan normal kita adalah 160 – 100 = 60 kg
b. Berat badan ideal (BBI)
BBI = (tinggi badan – 100 – (10% tinggi badan – 100)
Contoh :
Jika tinggi badan kita adalah setinggi 150 cm, maka berat badan ideal kita adalah (150 -100) – (10% x (150 - 100) = 50 - 5 = 45 kg
Menurut Setiadi (2008) dari hasil tersebut dapat kita ketahui apa yang terjadi pada diri kita dengan membandingkan hasilnya berikut di bawah ini :
1. Kurus = Hasilnya 10% kurang dari seharusnya.
2. Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang seharusnya
3. Kelebihan berat badan / Overweight = Hasilnya lebih dari 10% s/d 20% lebih besar

C. Faktor- faktor yang berperan dalam timbulnya kelebihan berat badan
Menurut Misnadiarly (2007), secara sederhana timbulnya kelebihan berat badan dapat diterangkan bila masukan makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui, bahan-bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun tubuh setelah melalui beberapa proses dengan mekanisme pengaturan sebagai berikut:
1. Penyerapan dalam saluran pencernaan
2. Metabolisme dalam jaringan
3. Pengeluaran oleh alat-alat ekskresi
Dengan demikian, sebenarnya tubuh mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai macam masukan makanan. Untuk bahan makanan berupa protein, air, mineral, dan vitamin, jumlah masukan tiga kali lipat dari kebutuhan minuman dengan mudah akan dibuang. Tetapi, untuk bahan makanan hidrat arang dan lemak, keadaannya jauh berbeda. Hidrat arang dan lemak yang ada dalam makanan, boleh dikatakan semuanya akan masuk dalam tubuh, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat dijumpai dalam tinja. Kedua bahan makanan ini merupakan sumber utama bagi tubuh. Karena itu, apabila masukannya melebihi kebutuhan tenaga tubuh, maka kelebihan ini akan disimpan. Tenaga yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan adipose. Sebaliknya, apabila masukan lebih sedikit dibandingkan kebutuhan tenaga tubuh, kekurangan ini akan diatasi dengan menguraikan cadangan tenaga yang disimpan. Untuk mengatur ukuran cadangan ini tubuh memiliki mekanisme pengaturan agar terjadi keseimbangan antara masukan dan keluaran tenaga.
Beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi mekanisme kegemukan, antara lain :
1. Umur
Meskipun dapat terjadi pada semua umur, kegemukan sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Kegemukan yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan cenderung menjadi orang dewasa yang juga kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak muda sering dijumpai pada keluarga miskin. Keadaan semacam ini misalnya keluarga pedagang pegawai ataupun karyawan menengah keatas. Jadi, dalam hal ini umur bukan merupakan penentu utama timbulnya kelebihan berat badan.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya kelebihan berat badan. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Mungkin saja obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal tersebut diatas.
3. Tingkat sosial
Menarik sekali bahwa di negara-negara barat, obesitas banyak dijumpai pada sosial-ekonomi rendah. Salah satu survei di Manhattan menunjukkan bahwa obesitas dijumpai 30% pada kelas sosial-ekonomi rendah, 17% pada kelas menengah, dan 5% pada kelas atas. Obesitas banyak dijumpai pada wanita keluarga miskin barangkali karena sulitnya membeli makanan yang tinggi kandungan protein. Mereka hanya mampu membeli makanan murah yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada kalangan eksekutif atau usahawan, barangkali timbul karena makanan berlemak tinggi disertai penggunaan minuman beralkohol.
4. Aktivitas fisik
Seperti diketahui, tiap orang memerlukan masukan tenaga untuk memenuhi kebutuhan tenaga basal dan tenaga untuk aktivitas fisik. Kebutuhan tenaga basal sangat beragam antar individu. Demikian pula kebutuhan tenaga untuk aktivitas juga beragam tergantung pada aktivitas seseorang. Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari.
5. Kebiasaan makan
Tampaknya memang ada kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak atau bekerja di dapur. Disamping itu juga dijumpai pada orang yang memiliki gejala suka makan pada waktu malam. Ini biasa menyertai insomnia dan hilangnya nafsu makan pada waktu pagi hari.
Ada seorang beranggapan bahwa semua orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata beberapa peneliti menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding orang kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi tetap kurus.
6. Faktor psikologis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
7. Faktor genetis
Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orangtua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orangtua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali saja timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor genetis yang khusus. Hanya saja penelitian laboratorium gizi Dunn di Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis.
Pengamatan selama setahun terhadap bayi-bayi yang ibunya obesitas menunjukkan bahwa 50% diantaranya menjadi obesitas bukan karena makannya yang berlebihan. Dikatakan bahwa pada bayi-bayi tersebut terdapat pengurangan kalori yang dibakar. Jadi, diduga bahwa beberapa orang memang sacara genetis sudah terprogram untuk obesitas. 

D. Dampak dari kelebihan berat badan
Menurut Vivi (2004) dampak kelebihan berat badan dapat terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, misalnya :
1. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi korban bahan olok-olokan teman main dan teman sekolah. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh obesitasnya.
2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut dibanding usia biologinya.
3. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat.
4. Gangguan pernafasan seperti infeksi saluran nafas, tidur ngorok, sering mengantuk siang hari.
5. Gangguan endokrin seperti menara lebih cepat terjadi. 

E. Penatalaksanaan kelebihan berat badan
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan serta harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat. Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita nya dengan cara mengkitung IMT (Indika, 2010).

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...