Sunday 20 November 2016

Konsep Dasar Perilaku

A. Definisi perilaku
Menurut Notoatmojo (2005) merumuskan bahwa : perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, jadi perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.

B. Bentuk perilaku dilihat dari bentuk responnya
Dilihat dari respon terhadap stimulus ini dapat dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Yaitu reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Yaitu reaksi terhadap stimulus itu sudah jelas dalam bentuk tindakan- tindakan atau praktik (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain :
1. Umur
Faktor kematangan usia juga sangat berpengaruh terhadap proses berfikir seseorang seperti dikemukakan oleh Hurlock (2008) bahwa semakin cukup umur seseorang maka perilaku seseorang lebih matang dalam bekerja.
2. Pendidikan
Menurut Notoatmojo (2005) konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Kegiatan atau proses belajar ini terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang bisa dikatakan belajar apabila didalamnya perubahan dari tidak bisa mengerjakan menjadi bisa mengerjakan sesuatu. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Kuncoroningrat (2006) yang menjelaskan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki individu sehingga perilaku menjadi lebih baik.
3. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, dan pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran perilaku (Notoatmojo S, 2005) sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang maka informasi dan perilaku oleh orang tersebut semakin baik.

D. Dalam perkembangannya teori Bloom menurut (Notoatmojo S, 200 5 ) dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)
1. Proses adopsi perilaku
1) Awarenes (kesadaran) yakni, orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Intetrest, yakni orang yang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya)
4) Trial, orang telah memulai / mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat pengetahuan didalam kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk recall.
2) Memahami (comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjalankan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
3) Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analisys)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain
5) Sintesis (synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain suatu komponen untuk menyusun formulasi – formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria – kriteria yang sudah ada.

b. Sikap (attitude)
Menurut Newcomb dalam Soekidjo Notoatmojo (2005) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
1. Komponen pokok sikap
Dalam Soekidjo Notoatmojo (2005) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak.
2. Tingkatan sikap, meliputi :Menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing) dan bertanggung jawab ( responsible)
3. Praktek atau tindakan (practice), meliputi : persepsi (perseption), respon terpimpin (guide response), mekanisme ( mekanism) dan adopsi (adoption).

E. Aspek sosio psikologi perilaku kesehatan
Faktor-faktor yang memegang peranan didalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Faktor intern yang meliputi : Susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, kecerdasan, minat dan belajar.
2. Faktor Ekstern yang meliputi : Obyek, orang, kelompok, hasil- hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya (Notoatmojo S, 2005)

F. Sifat-sifat umum perilaku manusia
1. Pengamatan adalah pengenalan obyek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau dan mengecap.
2. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang sedang dilakukan.
3. Tanggapan adalah gambaran yang tinggal dalam ingatan.
4. Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan – tanggapan yang telah ada

G. Determinan dan perubahan perilaku
Menurut Soekidjo Notoatmojo (2005) menjelaskan tentang :
1. Determinan perilaku
Salah satu teori untuk mengungkap determinan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu :
Teori Lawrence Green
Perilaku terbentuk dari 3 faktor :
1) Faktor – faktor predisposisi(predisposing faktor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan sebagainya.
2) Faktor – faktor pendukung (enabling faktor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, fasilitas / sarana kesehatan.
3) Faktor – faktor pendorong (reinforcing faktor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain.

2. Perubahan perilaku
Salah satu teori tentang proses perubahan berlaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu :
Teori Stimulus Organism (S-O-R)
Soekidjo Notoatmojo (2005) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar individu yang terdiri dari :
1) Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
2) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme atau diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan pada proses berikutnya.
3) Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya atau bersikap.
4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut atau perubahan perilaku.

3. Bentuk – bentuk perubahan perilaku
Menurut WHO dalam Soekidjo Notoatmojo (2005), perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga :
1) Perubahan alamiah (natural change)
Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya mengalami perubahan, maka seseorang akan merubah perilaku seperti : menjaga kebersihan dan menyimpan makanan dengan baik.
2) Perubahan terencana (planned change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subyek seperti : seseorang ingin hidup sehat.
3) Kesadaran untuk berubah (readiness to change)
Setiap orang di dalam masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda – beda, meskipun kondisinya sama seperti melihat anggota keluarga yang sakit maka dia akan memeriksakan ke dokter.

4. Strategi perubahan perilaku
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi 3 :
1) Menggunakan kekuatan kekuasaan suatu dukungan.
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan atau berperilaku seperti yang diharapkan.
2) Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi tentang cara – cara hidup sehat,cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
3) Diskusi partisipasi
Yaitu dengan cara memberikan informasi tidak bersifat searah saja, tapi dua arah, artinya bahwa masyarakat tidak hanya pasif melalui diskusi – diskusi tentang informasi yang diterimanya.
Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka informasi – informasi dan pesan – pesan kesehatan.

H. Perilaku makan remaja putri
Remaja putri adalah anak perempuan yang mulai dewasa. Hal ini didukung oleh pendapat Hurlock (2008) bahwa remaja putri berarti tumbuh dewasa. Pada masa ini remaja putri banyak mengalami perubahan fisik maupun psikisnya. Semua hal tersebut mempengaruhi tingkah lakunya termasuk perilaku makannya.
Menurut De Clereq dkk (2007) mengenai perilaku makan pada remaja, umumnya mereka memilih sendiri makanan yang sesuai seleranya. Hal ini dikarenakan pada masa remaja biasanya sudah mempunyai uang saku dan bisa memilih makananya sendiri sehingga tidak bergantung dengan orang tua. Senada dengan Greca (dalam Witari) yang mengatakan bahwa pada umumnya ketergantungan dan kelekatan seorang individu dengan orang tua masa kanak kanak dan masa awal sekolah akan berubah menjadi kesadaran dan keinginan untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayaanya dan kemandirian selama remaja. Perilaku makan remaja putri adalah suatu tingkah Obsevable,yang dapat dilihatdan diamati,yang dilakukan remaja putri dalam rangka memenuhi kebutuhan makannya. Aktifitas ini tidak hanya terkait dengan aspek fisiologis saja, tapi juga terkait aspek psikologis dan social remaja putri.
a. Aspek-aspek Perilaku makan
Menurut Levi dkk (dalam Witari, 2004) aspek-aspek perilaku makan adalah sebagai berikut:
1. Keteraturan makan, seperti memperlihatkan waktu makan (pagi,siang, dan malam)
2. Kebiasaan makan, dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya dari cara makan, tempat makan dan beberapa aktifitas yang dilakukan ketika makan. Dilihat dari cara makan seperi duduk, berdiri, atau sambil berbaring ketika makan.
3. Alasan makan, makan silakukan karena menurut kebutuhan fisiologis (rasa lapar),kebutuhan psikologis (mood, persaan, suasana hati), dan kebutuhan social (konformitas antara teman sebaya, Gengsi).
4. Jenis makanan yang dimakan
1) Perkiraan terhadap kalori-kalori yang ada dalam makanan
Menurut Notoatmojo (2005) perilaku makan meliputi beberapa aspek yaitu pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku makan adalah (1) praktek terhadap makan, (2) alasan makan, (3) jenis makanan, (4) pengetahuan mengenai gizi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri
Menurut Winarno (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja putri antara lain:
1. Tingkat perkembangan teknologi dan komunikasi
2. Faktor ekonomi, social, budaya, dan religi
3. Penampilan makanan
Menurut Khomsan (2003) mengungkapkan faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri antara lain :
1. Pengaruh teman Sebaya
2. Body image (citra tubuh)
3. Media massa
4. Tingkat ekonomi
5. Suasana dalam keluarga
6. Kemajuan industry makanan

I. Faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja putri dalam mengkonsumsi makanan yaitu;
1. Faktor predisposisi, meliputi : keyakinan, pengetahuan, sikap, persepsi.
2. Faktor pendukung, meliputi : lingkungan fisik, fasilitas, sarana
3. Faktor pendorong : sikap, dan perilaku orang lain

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...