A. Pengertian Motorik
Motorik berasal dari kata “motor” yang merupakan suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue). Dengan
kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses gerak motorik.
Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008: 2.14) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot yang terkoordinasi.
OTAK ===> SARAF ===> OTOT
Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling
melengkapi dengan unsurnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil
menggerak-gerakkan tubuhnya. Berdasarkan tiga unsur di atas bentuk perilaku gerak yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu: motorik kasar
(melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak).
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia
ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil
mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik
terhadap konsitensi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) dalam Wuryani (2008: 2.17) sebagai berikut:
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan
memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent.
Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar,
anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis dan baris-berbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan) Perkembangan
keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan
system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi motorik
kasar dan motorik halus.
B. Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan
motorik, yaitu otak, syaraf dan otot. Ketiga motorik bekerja, ketiga unsur tersebut melakukan masing-masing perannya secara interaktif positif, artinya
unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna
keadaannya. Ketiga unsur tersebut saling bekerja sama sehingga terbentuk suatu gerakan yang bertujuan, misalnya berbicara, berjalan, menulis, menggambar
dan sebagainya.
Proses perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan
syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak, sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari berbagai
bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi otaklah sebagai bagian dari susunan saraf pusat yang mengantur semua aktivitas fisik dan mental.
Dengan kata lain, aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak, secara simultan (berkesinambungan) otak terus mengolah informasi yang diterimanya.
Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan saraf yang membentuk sistem saraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap gerakan anak.
Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008) dapat dilihat pada bagan yang menggambarkan fungsi lima pusat kontrol di otak tersebut.
Otak dan pusat kontrol saraf
|
Fungsi
|
Cerebral Cortex
(Otak Besar)
|
Merupakan pusat kontrol, yang menerima dan
memproses informasi pengindraan. |
Bagal Ganglia
|
Kumpulan sel saraf di dalam sistem syaraf pusat yang menyebabkan gerakan tanpa direncanakan terlebih dahulu. |
Cerebellum
(otak kecil)
|
Bagian yang mengatur pergerakan seluruh tubuh dan koordinasi gerakan tubuh |
Batang Otak
|
Merupakan bagian yang menghubungkan otak dengan jaringan saraf, memiliki fungsi menyeleksi informasi dan membiarkan otak bereaksi sesuai kebutuhan |
Jaringan Saraf
|
Merupakan jalur transmisi bagi pesan-pesan yang datang menuju otak. |
Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Di samping
keterampilan motorik, otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individual lainnya, keterampilan
intelektual, emosional, sosial, moral dan kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal dan sehat berpengaruh positif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya.
Apabila pertumbuhan dan perkembangan otak tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan keseluruhan aspek-aspek tersebut.
Asesmen perkembangan fisik anak dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Oleh karena itu, harus ada rekaman tingkah kemajuan tiap anak untuk
mengikuti perkembangan belajarnya. Mengingat bahwa perkembangan anak usia dini berjalan sangat pesat, maka tiap aspek perkembangan perlu dirincikan
indikatornya untuk setiap rentangan usia tertentu.
Indikator perkembangan anak sebenarnya merupakan langkah awal yang harus disusun dan ditetapkan dalam proses asesmen perkembangan anak, agar pelaporan
menjadi objektif dan tepat sasaran. Indikator perkembangan merupakan gambaran perilaku yang tampak pada anak sebagai derajat atau tingkatan pencapaian
suatu kemampuan tertentu. Gambaran perilaku ini harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Pengembangan indikator
membutuhkan pemahaman terhadap perkembangan tahun awal.
Tantangan koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat dengan satu kaki, melompat dengan kedua kaki diangkat bersama, dan menjaga
keseimbangan, sekarang dapat dilakukannya dan dia berusaha melakukan banyak aktivitas. Tentu saja masih diperlukan waktu yang lama sebelum dia mencapai
kompetensi total dalam bidang-bidang ini. Tapi dia secara bermakna lebih gesit dan atletik daripada sebelumnya. Perbedaan dalam kemampuan bergerak antar
anak yang baru berjalan dan anak prasekolah amat mencolok. Anak senang mempraktekkan keterampilan fisik baru ini, baik di rumah, di sekolah bermain atau di
taman.
C. Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Benyamin Bloom dalam Wuryani (2008: 2.23) menyatakan bahwa rentangan penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang
lancar dan luwes. Wuryani (2008: 2.23) mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori mulai dari yang paling rendah sampai pada tingkatan
yang paling tinggi sebagai berikut:
1. Imitation (Peniruan)
Yaitu suatu keterampilan untuk menirukan suatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya. Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu
gerakan, dimana ia mulai memberi respon serupa dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf,
karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar
tentang suatu gerakan dan menirukan langkah kaki.
2. Manipulation (Penggunaan Konsep)
Yaitu suatu keterampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan (gerakan). Keterampilan manipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan
mengikuti arahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi penampilan gerakan anak menurut
petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin, menggergaji, dan melakukan gerakan senam kesegaran jasmani
yang didemontrasikan.
3. Presition (Ketelitian)
Yaitu suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan
manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Keterampilan ini selain membutuhkan kecermatan juga proporsi
dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilannya. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. Contoh gerakan
ini adalah gerakan mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, atau berjalan di atas papan titian.
4. Articulation (Perangkaian)
Yaitu suatu keterampilan untuk merangkaikan bermacam-macam gerakan secara berkesinambungan. Gerakan artikulasi ini menekankan pada koordinasi suatu
rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh
keterampilan gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis dan menjahit.
5. Naturalization (Kewajaran/Pengalamiahan)
Yaitu suatu keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling biasanya dilakukan secara rutin
sehingga telah menunjukkan keluwesannya Misalnya memainkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar dalam berenang, mendemonstrasikan suatu gerakan,
pantomim dan sebagainya. Apa yang dikemukakan oleh Dave di atas menggambarkan tentang tingkatan yang terendah sampai tertinggi tentang keterampilan motorik
manusia. Artinya setiap aktivitas motorik yang dilakukan anak, pada dasarnya memiliki ciri khas dan membutuhkan kecakapan yang berbeda. Untuk sampai pada
tingkat yang tertinggi yaitu naturalization (kewajaran/ pengalamiahan) membutuhkan proses yang panjang dan prasyarat kemampuan awal/sebelumnya
yang harus dikuasai anak. Oleh karena itu setiap anak harus memiliki kemampuan akan berbagai indikator-indikator pencapaian tahap perkembangan
fisik/motorik yang sesuai dengan tingkat usianya.
Berikut ini akan dijabarkan indikator-indikator pencapaian tahap perkembangan fisik/motorik anak yang meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus
usia 3 - 6 tahun. Indikator-indikator ini diturunkan dari karakteristik yang terlihat pada tahap-tahap perkembangan anak, sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya.
Tabel 1
Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Kasar
Anak Usia 4 – 6 tahun
USIA
|
INDIKATOR
|
4 – 6 tahun | Dia suka aktivitas menantang yang menggunakan koordinasi tangan-mata dan bersiap untuk mencobanya beberapa kali agar sukses |
Pemahaman anak yang mengalami kemajuan ditambah dengan pengendalian tangannya yang lebih baik berarti bahwa dia ingin menulis namanya asalkan dia mempunyai contoh tulisan untuk ditiru | |
Dia sudah sepenuhnya mendahulukan kepentingan sendiri, berkehendak melakukan sendiri tugas dasar untuk dirinya tanpa bantuan. Anak lebih suka membasuh tangan, mengenakan baju, dan makan sendiri secara mandiri | |
Dia menggubah plastisin menjadi sebuah bentuk, menggunakan jari-jarinya untuk mencetaknya bukan membentuk dengan tekanan dari tangannya. | |
Anak akan memperoleh banyak keterampilan menulis awal yang diperlukan untuk mengikuti kurikulum kelas balita, dan dia terus mengalami kemajuan dalam setiap bulan yang berlaku. | |
Kendalinya atas pensil lebih matang dan hal ini ditunjukkan dalam hal segala aspek dari kegiatan menggambar dan mewarnai. Hasil dari
mewarnai gambar lebih rapi dan lebih dekat dengan baris batas. Dibandingkan dengan hasil setahun yang lalu, orang dan benda yang
digambarnya mempunyai jauh lebih banyak rincian. Orang yang digambarnya mempunyai hidung, mata, telinga, rambut, kaki, tangan, dan bahkan
jari-jari tangan
Tugas rumit seperti memotong kertas menggunakan gunting menjadi lebih mudah, dan dia melakukan ini dengan akurat kalau dia diberi waktu dan bersiap untuk bersikap sabar |
D. Jenis Motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sumantri (2005: 11) motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi
oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
a. Motorik Kasar
1) Pengembangan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak
itu sendiri. Perkembangan motorik kasar meliputi penggunaan otot-otot kasar seperti tangan, kaki dan badan.
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara
perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh karena itu perlakukan terhadap anak tidak dapat disamaratakan,
sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diteknis Diklusepa, 2003: 8)
Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Misalnya
gerakan menendang, menjejak, meraih dan melempar.
Tujuan pendidikan fisik motorik atau disebut motorik kasar ini agar anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan
fisik jangka panjang.
Seperti halnya teori Karl Groos dalam Izzaty (2005: 27), yang teorinya bermana teori biologis mengatakan: Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus
mempersiapkan diri dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusiapun bermain untuk melatih organ-organ jasmani
dan rohaninya untuk menghadapi masa depannya.
Hakekatnya, perkembangan motorik anak berkaitan erat dengan faktor lainnya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorikpun
berhubungan dengan aspek psikologis anak.
Damon & Hart menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan dengan self imager anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang
olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal ini juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman bahwa kemampuan motorik yang
baik berhubungan erat dengan self-esteem. (Sumantri, 2005: 25).
Anak-anak menyenangi latihan keterampilan. Anak akan berdiri pada papan keseimbangan atau menendang bola, mencoba beberapa teknik berbeda sampai menentukan
suatu pekerjaan yang benar. Hal ini memberikan rasa percaya diri untuk mengembangkan keterampilan selanjutnya seperti aktif berinisiatif ketika anak
bermain sendiri. Banyak aktivitas permainan yang melibatkan motorik kasar anak pada usia 4 – 6 tahun yang dilakukan di lembaga Pendidikan Usia Dini antara
lain bermain ayunan, memanjat, menggali terowongan di pasir, melempar dan menangkap bola, melompat tali, berjalan lambat pada papan keseimbangan,
mengendarai sepeda roda tiga, meluncur diperosotan, menarik gerobak mainan, mendorong kereta dorong, melukis dengan cat air, berlari di atas rumput,
mengetuk palu, menggergaji, menanam, bermain pasir dan lain sebagainya.
Sebagai gerakan dasar motorik kasar adalah sebagai berikut:
a. Berjalan, meliputi jalan cepat, jalan lambat, jalan mundur, jalan dengan ujung jari, jalan dengan tangan di pinggang dan lain-lain.Berdiri, meliputi
berdiri dengan ujung kaki dan dihitung sampai 5, berdiri dengan satu kaki dan menghitung sampai 5, berdiri dengan cara sebelumnya dengan mata tertutup.
b. Keseimbangan. Aktivitas ini dapat dilakukan pada papan titian. Pertama berdiri di atas papan titian, berjalan dengan satu kaki pada papan titian dan
satu kaki lainnya di lantai, berjalan pada papan titian dengan dua kaki, berjalan perlahan (ke depan), berjalan menyamping (dimulai dengan kaki yang
dominan), berjalan dengan tas (benda lain) di atas kepala, berjalan perlahan (mundur) dan berjalan mundur dengan tas (sesuatu) di atas kepala.
Berlari, meliputi berlari cepat, berlari perlahan, berlari dengan ujung jari, berlari dengan tangan ke belakang, berlari dengan langkah pendek dan langkah
panjang, berlari ke arah tertentu yang disebutkan guru dan seterusnya.
c. Melompat, meliputi, melompat di tempat ke atas dan ke bawah, melompat dengan satu kaki (engklek), melompat ke depan, melompat ke belakang, melompat ke
udara dan melompat dengan membuat putaran (memutar), melompat dengan mata tertutup dan seterusnya. Melompat dengan ketinggian tertentu (mulai dari melompat
rendah), melompat seperti binatang (katak, belalang atau kanguru).
d. Mencongklang, yaitu gerakan dengan langkah maju pada satu kaki dan satu kaki lainnya mengikuti namun dengan posisi tetap di belakang. Gerakan ini
dilakukan seperti gerakan kuda atau rusa berlari. Sebaiknya anak-anak dibantu melakukan gerakan dengan prosedur/cara yang benar.
e. Meloncat. Meloncat mungkin merupakan gerakan tubuh yang cukup sulit bagi anak usia dini. Sebelum melakukan, pendidik harus menjelaskan cara melakukan
gerakan meloncat. Gerakan ini dilakukan dengan cara melangkahkan satu kaki, ketika kaki tersebut berada di udara, kaki lainnya melangkah maju.
Bermain bola, seperti melempar, menangkap, menendang, menyepak, menggiring, menggelinding, melambungkan, memukul bola yang dilambungkan dan menyebak bola
2) Jenis-Jenis Motorik Kasar
Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Adapun jenis perkembangan motorik kasarmenurut Sumantri (2005: 26) pada
anak adalah:
a. Menangkap sesuatu
b. Meraih sebuah benda
c. Berjalan
d. Melompat
e. Memainkan jari-jari
f. Melempar benda
g. Meremas-remas kertas
h. Menirukan sesuatu berjalan
i. Duduk
j. Berdiri
k. Menendang sesuatu
l. Naik dan turun tangga
m. Merangkak
n. Memukul
o. Mengayunkan tangan
p. Berguling ke kanan dan ke kiri
2. Motorik halus
1) Pengembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerak motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang
suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada anak usia 4 tahun koordinasi gerak motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna (Sumantri,
2005: 28) Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan
anak meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri.
Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus sangat berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik,
seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan antara lain dapat dilihat pada anak waktu menulis atau menggambar.
Anak-anak usia prasekolah harus dikenalkan dengan kegiatan motorik halus di samping kegiatan motorik kasarnya. Hal ini dikarenakan kegiatan motorik halus
adalah sebuah awalan pematangan dalam hal menulis dan menggambar.
Anak-anak butuh sebuah persiapan yang matang sebelum bersekolah sehingga dia akan mampu menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat
dia bersekolah.
2) Jenis-Jenis Motori Halus
Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah
pembelajaran buat si anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah:
a. Senam Tangan
Kegiatan membuka dan menutup tangan secara berulang-ulang disertai dengan nyanyian adalah sesuatu yang sangat disenangi oleh si anak dan ini adalah sebuah
pemanasan awal buat anak sebelum dia melakukan aktivitas menulisnya. Cara ini digunakan untuk melenturkan otot-otot tangan agar si anak mudah melakukan
gerakan-gerakan yang lebih rumit.
b. Menggunting Kertas
Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan, usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena kegiatan memegang dan menggerakkan
gunting sama halnya dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis.
c. Menempel
Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan motorik halus anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil
kemudian anak disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong.
Setelah anak mulai terbiasa dengan hal ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat gambar kemudian si anak menempel pada kertas yang
sebelumnya sudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang akan ditempel.
d. Meronce
Untuk kegiatan meronce bahan yang digunakan pun lebih murah dan bervariasi. Contohnya saja sedotan yang banyak sekali kita temui di toko-toko atapun
warung-warung. Sedotan dipotong kecil-kecil kemudian potongan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah benang maka terbentuklah sebuah kalung bertahtah plastik
atapun gelang dan cincin. Bahan tidak mesti dengan sedotan, kertas origami pun bisa yaitu dengan cara kertas origami digunting bulat-bulat kemudian
tengahnya diberi bolongan (memakai pembolong kertas) lalu dimasukkan ke dalam benang atau lidi. Kegiatan meronce sangat berpengaruh terhadap konsentrasi
anak dan juga anak memegang benang/lidi untuk dimasukkan ke dalam sedotan atau kertas sama dengan ketika anak memegang pensil untuk menulis.
e. Menyambung titik-titik
Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk melatih kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih
belajar maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah berikan dia latihan dan semangat agar dia bisa menyelesaikan dengan
baik.
f. Melipat kertas
Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan
melipat yang sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit. Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah
bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak.
g. Plastisin
Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan motorik dan kreatifitas karena bahannya yang lunak dan liat serta berwarna warni sangatlah
cocok untuk anak. Selain mudah dibentuk, tekstur plastisin yang khas memberi stimulasi tersendiri terhadap saraf-saraf di ujung jemari si kecil. Buatlah
yang sederhana contohnya bola, mie dan lain-lain. Plastisin juga sangat bagus untuk terapi bagi anak yang mengalami permasalahan temperamen keras karena
leturnya bahan ini sehingga anak harus ekstra hati-hati agar bentuk yang diinginkan sesuai dengan keinginan.
No comments:
Post a Comment