Sunday 20 November 2016

Konsep Persepsi Citra tubuh

A. Definisi persepsi
Persepsi, menurut Purwaningrum (2005), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

B. Pembentukan persepsi dan faktor-faktor yang menpengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi citra tubuh remaja berasal dari Perubahan bentuk dan anatomi, kebutuhan makan, Pandangan secara fisik oleh persepsi orang lain, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk dalam perilaku makan sehari-hari yang mempengaruhi gambaran fisik pada remaja (Rakhmat 2010: 55).
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 2009) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Menurut Asngari (2005) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Selanjutnya yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimulus. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor pribadi adalah faktor internal anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
1. Faktor internal ; biologis, sosiopsikologis
2. Faktor eksternal ; gerakan, kebaruan, pengulangan, stimulus, dominan

D. Citra tubuh remaja putri (Body image)
Citra tubuh umumnya berhubungan dengan remaja wanita daripada remaja pria, remaja wanita cenderung memperhatikan penampilan fisik (Mappiare, 2010). Perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh remaja wanita menghasilkan suatu persepsi yang berubah-ubah dalam citra tubuh dan secara khas menunjukkan kearah penolakan terhadap Physical self. Hal-hal ini menyebabkan remaja wanita tidak menerima physical selfnya misalnya :tinggi badan, kemasakan fisik, jerawat. Remaja wanita sangat peka terhadap penampilan dirinya dan merenung perihal bagaimana wajahnya apakah orang lain menyukai wajahnya Serta selalu menggambarkan dan mengembangkan seperti apa tubuhnya dan apa yang diinginkan dari tubuhnya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah pemikiran atau konsep tentang fisik berupa penilaian diri yang subyektif, evaluasi terhadap diri berdasarkan bagaimana penerimaan terhadap physical self, yang kemudian akan mendatangkan perasaan dan persepsi senang (positif) atau tidak senang (negatif) terhadap tubuhnya, sehingga mempengaruhi proses berpikir, perasan, keinginan, nilai, maupun perilakunya. Citra tubuh selalu berubah-ubah karena dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan orang lain.
Aspek-aspek citra tubuh yaitu persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan, aspek perbandingan dengan orang lain. Penilaian, perasaan dan harapan yang menyertai obyek citra tubuh menjadi aspek dasar pengukuran dalam citra tubuh. Pengukuran terhadap aspek-aspek tersebut menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk-bentuk khusus tubuhnya (Witari, 2004).


E. Faktor yang mempengaruhi persepsi citra tubuh
1. Pandangan secara fisik oleh persepsi orang lain
2. Perkembangan kognitip dan pertumbuhan fisik
3. Perubahan bentuk dan anatomi


F. Pengukuran citra tubuh
Pengukuran citra tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan kuisoner, komputer maupun gambar-gambar siluet. Namun, alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur citra tubuh seseorang adalah Multidimensional Body Self Relasions Questionnaire (MBSRQ)yang dikembangkan oleh Cash (2006). Alat ukur ini digunakan untuk mengukur citra tubuh remaja dan orang dewasa (usia 15 tahun keatas). Alat ukur ini dipakai untuk mengukur sikap terhadap citra tubuh secara menyeluruh yang meliputi komponen kognitif,tingkah laku,dan afeksi. Koesioner ini mencakup 3 dimensi dari citra tubuh, dimana diklasifikasikan lagi menjadi 10 sub variabel, diantaranya sebagai berikut :
1. Evaluasi Penampilan Fisik (EPF) / Appearance Evaluation
Digunakan untuk mengukur kepuasan atau ketidak puasan individu terhadap penampilan. Semakin tinggi skor menunjukan kepuasan terhadap penampilannya, begitu pula sebaliknya.
2. Orientasi Penampilan Fisik (OPF) / Appearance Orientation
Digunakan untuk mengukur tingkat perhatian individu terhadap penampilannya. Semakin tinggi skor menunjukkan penampilan individu dianggap sangat penting oleh dirinya yang ditunjukkan dengan sikap merawat tubuhnya dan menjaga penampilannya, begitu pula sebaliknya.
3. Evaluasi Kebugaran Fisik (EKF) / Fitnes Evaluation
Digunakan untuk mengukur derajat kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa individu merasa dalam kondisi bugar dan mempunyai kompetensi fisik, begitu pula sebaliknya.
4. Orientasi Kebugaran Fisik (OKF) / Fitnes Orientation
Digunakan untuk mengukur derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisik. Semakin tinggi skor menunjukkan individu menganggap penting kebugaran sehingga melakukan usaha dan aktif mengikuti kegiatan olahraga, begitu pula sebaliknya.
5. Evaluasi Kesehatan (EK) / Health Evaluation
Digunakan untuk mengukur penilaian individu mengenai kesehatan tubuhnya. Semakin tinggi skor menunjukkan tubuh individu dalam kondisi prima dan bebas dari penyakit, begitu pula sebaliknya.
6. Orientasi Kesehatan (OK) / Healt Orientation
Digunakan untuk mengukur derajat pengetahuan dan kesadaran individu dalam pentingnya kesehatan fisik. Semakin tinggi skor menunjukkan individu sangat memperhatikan kesehatannya dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan sehingga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya hidup sehat, begitu pula sebaliknya.
7. Pengkategorian Ukuran Tubuh (PUT) / Self-Classified Weight
Digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu mempersepsikan dan melihat berat badannya sendiri. Hasilnya berupa penilaian apakah individu melihat berat badannya dalam rentang antara kekurangan berat badan tingkat ringan hingga kelebihan berat badan tingkat berat.
8. Kecemasan Terhadap Kegemukan (KTK) / Overweight Precupation
Digunakan untuk menggambarkan kecemasan individu menjadi gemuk, kewaspadaan terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet penurunan berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi. Semakin tinggi skor menunjukkan individu memiliki kecemasan yang tinggi untuk menjadi gemuk, begitu pula sebaliknya.
9. Orientasi Tentang Penyakit (OTP) / Ilnes Orientation
Digunakan untuk mengukur kesadaran individu terhadap penyakit dan derajat reaksi terhadap masalah penyakit yang dialami oleh individu. Semakin tinggi skor menunjukkan individu sangat sadar terhadap gejala-gejala penyakit dan berusaha mencari pengobatan, begitu pula sebaliknya.
10. Kepuasan Area Tubuh (KAT) / Body-Areas Satisfaction Scale
Digunakan untuk mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Semakin tinggi skor menunjukkan individu merasa puas dan bahagia dengan sebagian besar area tubuhnya.

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...