Friday 11 November 2016

KONSEP KESULITAN BELAJAR
 
A. Pengertian
Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (2003 :2). Pengertian belajar menurut Sardiman (2006:55) adalah belajar dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Mulyono (2003:28) bahwa belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu supaya bentuk perubahan prilaku yang relative menetap.
Setelah mengetahui apa itu belajar, berikutnya adalah mengetahui definisi dari kesulitan belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana siswa tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar (2002 : 201). Menurut Kuntjojo (2009) bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi belajar yang diperoleh. Selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal intelegensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian atau fungsi motoriknya. Sementara itu Ashock (Wulan et.al., 2010) menyatakan bahwa siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan dari kegagalan menyelesaikan suatu masalah/pertanyaan serta dari pola jawaban yang diberikan.

B. Tanda dan gejala kesulitan belajar
Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dikenali dari gejala-gejala yang terjadi pada dirinya, seperti yang dikemukakan oleh Warkitri et. al., (Kuntjoyo, 2009) sebagai berikut :
1) Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya;
2) Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya;
3) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan;
4) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar;
5) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal dan sebagainya,
6) Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari normal, misalnya membolos pulang sebelum waktunya dan seterusnya;
7) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif dan lain-lain. 

C. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
Kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, internal, dan eksternal. Penyebab pertama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis: sedangkan penyebab utama problematika belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain tanpa strategi pembelajaran yang keliru, pengolahan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Syamsuddin Makmun : 2002 : 309).
a. Faktor internal
Faktor internal, adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, baik fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Faktor jasmaniah terdiri dari
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya (bebas dari penyakit). Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Jika kesehatan seseorang terganggu, proses belajarnya pun akan terganggu, ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, lemah dan ada gangguan pada alat indera serta tubuhnya
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Seseorang yang cacat, proses belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2. Faktor psikologis
a) Intelegensi
Intelegensia adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensia besar pengaruhnya tehadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensia yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya, karena belajar merupakan suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensia adalah salah satu faktor di antara faktor yang lain
b) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menarik perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar bahan pelajaran selalu manarik perhatian siswa dengan cara menyesuaikan pelajaran dengan bakat siswa.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, ia tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut. Sebaliknya, vahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kemauan dalam belajar
d) Bakat
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jadi, bakat sangat mempengaruhi proses belajar. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat siswa, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia akan senang dan lebih giat dalam belajar
e) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik dan mempunyai motif untuk memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat menunjang belajarnya.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan dan belajar
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor kemampuan daya pikir
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiapsiswa mernpunyai tingkat kecerdasan berbeda. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan sernakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik berinteraksi dalam rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak akan bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari dengan lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah (Djamarah, 2002 : 142-143)
Menurut Slameto (2003:60-64), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Agar lebih jelas berikut akan penulis berikan sedikit uraian mengenai faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi siswa belajar tersebut:.
1. Faktor keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mendidik dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, karena anak akan berbuat seenaknya saja, Begitu pula mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras adalah cara mendidik yang juga salah.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.
c) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku, dll. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keliarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin bahkan harus bekerja untuk membantu orang tuanya, akan dapat mengganggu belajarnya. Sebaliknya keluarga yang kaya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak, anak hanya bersenang-senang akibatnya kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.
f) Latar belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003:64-69).
Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan dibahas sebagai berikut:
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c.) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik.
g) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan, akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.
h) Disiplin sekolah
Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula, karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
i) Media pendidikan
Alat pelajaran (media pendidikan) yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya
j) Waktu sekolah
Waktu sekolah dapat terjadi pada pagi hari, siang, sore/malam hari. Tetapi waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada pelajaran
k) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa.
l) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.
m) Metode belajar
Siswa perlu belajar teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.
n) Tugas rumah
Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar, melainkan juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain.Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi siswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya.
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah radio, TV, surat kabar, buku-buku, dll. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik mereka mendidik dan menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. (Slameto, 2003:70)

D. Cara Mengenal Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar
Siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan karena adanya beberapa factor sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Dari faktor-faktor tersebut sehingga dapat diketahui gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun orang tua.
Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:
a. Menujukkkan prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa dikelas.
b. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
c. Siswa Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal dalam waktu lama baru selesai.
d. Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.
e. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari kawan-kawannya.
f. Anak didik yang Tergolong mempunyai IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi yang rendah.
g. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran. Tetapi di lain waktu prestasi belajarnyamenurun gratis.
(Djamarah, 2002 : 212-213)

E. Diagnosa Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternative pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkina adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.
Mulyono (2003) mengatakan bahwa: “ada Sembilan peranan guru khusus anak berkesulitan belajar di sekolah.” Kesembilan peranan tersebut adalah:
1. Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen, dan pembelajaran anak berkesulitan belajar;
2. Berpatisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evaluai anak berkesulitan belajar;
3. Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait dengan menginterprestasikan laporan mereka;
4. Melaksanakan tes, baik dengan tes formal maupun tes informal;
5. Berpatisipasi dalam menyusun program pendidikan yang diindividualkan (Individualized Education Program);
6. Mengimplementasikan program yang diindividualkan;
7. Menyelenggarakan pertemuan dan wawancara dengan ornagtua;
8. Bekerjasama dengan guru regular atau guru kelas untuk memahami anak dan menyediakan pembelajaran yang efektif; dan
9. Membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh harapan untuk berhasil serta keyakinan kesanggupan mengatasi kesulitan belajar.

F. Usaha mengatasi kesulitan belajar
Dalam rangka usaha dalam mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumbersumber penyebab lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan efisien.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, treatment, dan evaluai (Djamarah, 2011). Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi belajar sebagai berikut;
1) Pengumpulan data, untuk mengumpulkan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Teknik wawancara ataupun teknik dokumentasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data;
2) Pengolahan data, data yang telah dikumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan seksama;
3) Diagnosis, diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah;
4) Prognosis yaitu keputusan yang diambil berdasarkan diagnosis menjadi pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesuliatan belajar;
5) Treatment, treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang disusun pada tahap prognosis;
6) Evaluasi, evaluasi disini bertujuan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkungan masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...