Friday 18 November 2016

Konsep Pola nutrisi

A. Pengertian
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama apabila ibu menyusui akan meningkat 25%. Gizi tersebut berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup bagi bayi (Ambarwati, 2010).
Nutrisi adalah substansi-substansi yang harus disediakan melalui diet karena tubuh tidak dapat mensintesa substansi-substansi tersebut dalam jumlah yang adekuat. Manusia membutuhkan nutrisi penghasil energi (protein, lemak, dan karbohidrat), vitamin, mineral, dan air agar tetap sehat (Fauci, et.al.,2008)
Nutrisi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti (dicerna), absorbsi (diserap), transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta dapat menghasilkan energi (Proverawati, 2009).
Sedangkan nutrisi/gizi ibu nifas adalah menu makanan yang mengandung zat atau subtansi yang dibutuhkan ibu dalam menjalani masa nifas seperti kebutuhan protein, lemak, karbonidrat, vitamin, mineral agar ibu nifas tidak mengalami gangguan kesehatan.



B. Kebutuhan gizi masa nifas
Kebutuhan energi ibu nifas atau menyusui pada 6 bulan pertama postpartum kira-kira 700 kkal / hari dan 6 bulan kedua 500 kkal/hari (Marmi, 2012). Sedangkan menurut Purwanti (2012) kalori yang dibutuhkan untuk menghasilkan ASI adalah sebanyak 750 kkal. Makanan dan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama masa nifas, namun tidak semua kebutuhan nutrisi meningkat secara proporsional. Kebutuhan nutrisi pada ibu bisa diatur dengan pola menu makanan yang sehat (Proverawati, 2009). Pada dasarnya menu makanan untuk ibu nifas, tidak banyak berbeda dari menu sebelum nifas. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama nifas, bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi dalam sehari menurut Proverawati (2009), antara lain :

Tabel 2.1 Contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu nifas
Bahan Makanan
Porsi Hidangan Sehari
Jenis Hidangan
Nasi
Sayuran
Buah
Tempe
Daging
Susu
5 + 1 porsi
3 mangkuk
4 potong
3 potong
3 potong
2 gelas
Makanan pagi 1,5 porsi (156 gram) dengan ikan/daging, 1 porsi sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (156 gram), sayur 1 mangkuk, dan buah 1 potong sedang
Makanan selingan, susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Makan Siang nasi 3 porsi (300 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi
Selingan susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang.
Makan Malam nasi 2,5 porsi (214 gram) dengan lauk, sayur dan buah saa dengan pagi/siang
Selingan susu 1 gelas
Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak (Suherni, 2009).

C. Unsur-unsur Gizi Seimbang
Menurut Proverawati (2009) menjelaskan unsur-unsur gizi seimbang sebagai berikut :
1) Sumber tenaga (energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein. Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarin). Kebutuhan energi dalam masa nifas adalah sekitar 60 - 70% dari seluruh total kalori.
2) Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum di serap oleh sel mukosa usus, dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena portae. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B. Jumlah kebutuhan 10 - 20% dari total kalori.
3) Sumber Pengatur dan Pelindung (Mineral, Vitamin dan Air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui, sebaiknya minum air sedikitnya 3 liter air setiap hari setelah menyusui. Sumber zat pengatur dan pelindungan diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar. Adapun jenis mineral diantaranya : zat kapur, fosfor, zat besi, yodium dan kalsium. Sedangkan jenis vitamin yang dibutuhkan menurut Ambarwati (2010) diantaranya: Vitamin A, B, B2 (Riboflavin), B3 (Niacin), B6 (Pyridoksin), B12 (Cyanocobalamin), Folic Acid, Vitamin C, D dan K. Kebutuhan Vitamin C adalah 85 mg/hari sedangkan kebutuhan vitamin A adalah 850 mg/hari (Proverawati, 2009).

D. Menu Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beranekaragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2003). Sedangkan menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004). Untuk mendapatkan gizi yang seimbang, yang dianjurkan adalah karbohidrat sebanyak 60 - 70%, protein 12 - 15% dan lemak kurang lebih sebesar 10-20 % (Proverawati, 2009).
Faktor yang mempengaruhi penyusunan gizi seimbang menurut Fancin (2005) yaitu : ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga), sosial budaya (tidak bertentangan), kondisi kesehatan, umur, berat badan, aktivitas, kebiasaan makan (like or dislike) dan ketersediaan pangan setempat. Sedangkan menurut Proverawati (2009) peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut atau populer dengan istilah "TRI GUNA MAKANAN".
Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut. Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah kerucut. Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut. Sehubungan dengan gizi seimbang ini, ada 13 Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang perlu diperhatikan menurut Proverawati (2009) yaitu :
1) Makanlah aneka raga makanan
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
5) Gunakan garam beryodium.
6) Makanlah makanan sumber zat besi.
7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan MP - ASI sesudahnya.
8) Biasakan makan pagi.
9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur.
11) Hindari minuman yang beralkohol.
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas”.

E. Cara Mengolah Makanan yang Sehat Bagi Ibu Nifas
Menurut Ambarwati, (2010) cara mengolah makanan yang sehat bagi ibu nifas sebagai berikut :
1) Pilih sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang masih segar.
2) Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan.
3) Cuci bahan makananan sampai bersih kemudian baru dipotong.
4) Masak sayuran sampai layu.
5) Olah makanan sampai benar-benar matang.
6) Hindari pemakaian zat pewarna dan pengawet.
7) Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali digunakan untuk menggoreng.
8) Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan. Jika dikemas dalam kaleng, jangan memilih kaleng yang telah penyok atau karatan.
9) Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih.
10) Jangan biarkan binatang berkeliaran didapur”

F. Faktor yang mempengaruhi pola makan
Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan.
1. Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, mempengaruhi promosi melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenetik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga memilih suatu bahan makanan lebih didasarkan kepada pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor, terutama jenis siap santap (fast food), seperti ayam goreng, pizza, humberger, dan lain-lain, telah meningkat tajam terutama dikalangan generasi muda dan kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas (Sulistyoningsih, 2011).
2. Faktor sosio budaya
Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi (Sulistyoningsih, 2011).
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya islam disebut haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Adanya pantangan terhadap makanan/minuman tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang mengkonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi. Perayaan hari besar agama juga mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang disajikan. Bagi agama kristen, telur merupaan bahan makanan yang selalu ada pada saat perayaan Paskah, bagi umat islam, ketupat adalah bahan makanan pokok yang selalu tersedia pada saat hari raya lebaran (Sulistyoningsih, 2011).
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya adalah ‘yang penting mengenyangkan’, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Sulistyoningsih, 2011).
5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga. Keberadaan iklan atau promosi makanan maupun minuman melalui media elektronik maupun cetak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk pola makan. Tidak sedikit orang tertarik mengkonsumsi atau membeli jenis makanan tertentu setelah melihat promosinya melalui iklan di televisi. Akan sangat mendukung jika seruan mengkonsumsi makanan seimbang dapat dipromosikan melalui media massa terutama televisi, sehingga masyarakat dapat memilih bahan makanan yang diinginkan dengan tetap menerapkan prinsip gizi seimbang (Sulistyoningsih, 2011).


G. Dampak Kekurangan Gizi Ibu Nifas
Kekurangan gizi pada ibu nifas akan menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada ibu adalah terganggunya proses pemulihan kondisi tubuh setelah melahirkan. Sedangkan gangguan pada bayi meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A, gangguan pada tulang akibat kekurangan vitamin D (Proverawati, 2009)

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...