Tuesday 15 November 2016

Konsep Tekanan Darah

A. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2005) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007). 

B. Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Joewono (2008) tekanan darah biasanya diukur secara tidak langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang. Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal berikut :
1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan yang tenang.
2. Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan).
3. Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV).
4. Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.
5. Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) di atas tekanan sistolik (palpasi), kemudian turunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik) dan di monitor di atas brakhialis.
6. Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff I sedangkan tekanan diastolik pada saat korotkoff V menghilang., bila suara tetap tedengar, dipakai patokan korotkoff IV (muffling sound).
7. Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.
8. Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lainnya yang menimbulkan hal tersebut.
Smeltzer & Bare (2005) mengatakan adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial, kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik, sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.
Mengauskultasi tekanan darah yaitu dengan cara ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga ante kubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brachialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2004).

C. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah
Pemeliharaan tekanan darah agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah merupakan faktor yang penting, beberapa sistem terlibat dalam pengontrolan tekanan darah yaitu jantung, arteri, ginjal, berbagai hormon, enzim dan juga sistem saraf (Sheps, 2005).
Untuk mengatur aliran darah yang datang dari jantung, arteri dilapisi otot halus yang memungkinkan arteri mengembang dan mengerut pada saat darah mengalir, makin lentur arteri semakin sedikit tahanannya terhadap aliran darah sehingga sedikit tenaga dibebankan pada dindingnya, jika arteri kehilangan kelenturannya atau terjadi penyempitan maka tahanan terhadap aliran darah meningkat dan diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah keseluruh tubuh. Peningkatan tenaga ini dapat berperan pada kenaikan tekanan darah (Sheps, 2005).
Ginjal mengatur jumlah natrium dan volume air yang beredar dalam tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu kelebihan natrium dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sistem susunan saraf pusat dibarengi dengan hormon, enzim dan zat-zat kimia lain juga mempengaruhi tekanan darah (Sheps , 2005).

D. Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi
Kategori
Tekanan darah (sistolik)
Tekanan darah (diastolik)
Normal
Dibawah 130 mmHg
Di bawah 85 mmHg
Hipertensi perbatasan
130-139 mmHg
85-89 mmHg
Hipertensi ringan (stadium 1)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Hipertensi sedang (stadium 2)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Hipertensi berat (stadium 3)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Hipertensi maligna (stadium 4)
> 210 mmHg
> 120 mmHg
Diambil dari Ruhyanuddin, F (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskulerl. Malang: UMM press

E. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:.
1. Usia
Usia merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan darah, seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi juga semakin meningkat, meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara orang Amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65 tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia merupakan hal yang fisiologis dari tubuh. Peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormone (Sheps, 2005).
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010).
3. Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah.
5. Ras
Data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit putih. Diantara orang berusia 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih (Sheps, 2005).
Di Amerika Serikat, angka tertinggi untuk penyakit hipertensi adalah pada orang berulit hitam yang tinggal di negara - negara bagian sebelah tenggara. Pada golongan ini, hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda dibandingkan dengan orang berkulit putih, bahkan perkembangannya cenderung lebih cepat dan menonjol (Sheps, 2005).
6. Obesitas
Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor predisposisi hipertensi.

F. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Tekanan Darah
Menurut Singgih (2009), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah agar hasil pengukurannya lebih akurat, yaitu:
1. Ruang pemeriksaan.
Suhu ruang dan ketenangan ruang periksa yang nyaman harus diperhatikan. Suhu ruang yang terlalu dingin dapat meningkatkan tekanan darah.
2. Alat
Alat yang sebaiknya digunakan adalah sfigmomanometer dengan pipa air raksa yang tegak lurus dengan bidang horisontal. Hindarkan paralaks sewaktu membaca permukaan air raksa. Gunakan manset dengan lebar yang dapat mencakup 2/3 panjang lengan atas serta panjang yang dapat mencakup 2/3 lingkar lengan. Penggunaan manset yang lebih kecil akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
3. Persiapan
Apabila diperlukan dan keadaan pasien memungkinkan, sebaiknya dipersiapkan dalam keadaan basal karena biasanya hanya diperlukan nilai tekanan darah sewaktu, maka pengaruh kerja jasmani, makan, merokok dihilangkan terlebih dahulu sebelum diukur.
4. Jumlah pengukuran
Apabila memungkinkan, dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali untuk diambil nilai rata-ratanya. Apabila pasien menderita hipertensi, dianjurkan untuk mengukur dalam 3 hari berturut-turut.
5. Tempat pengukuran
Pengukuran dilakukan pada lengan kanan dan kiri bila dicurigai terdapat peningkatan tekanan darah. Kesenjangan nilai lengan kanan dan kiri dapat ditimbulkan karena coarctatio aorta. Posisi orang yang diperiksa sebaiknya dalam posisi duduk. Dalam keadaan ini, lengan bawah sedikit fleksi dan lengan atas setinggi jantung. Hindarkan posisi duduk yang menekan perut, terutama pada orang yang gemuk. Untuk pasien hipertensi, terutama yang sedang dalam pengobatan, perlu diukur dalam posisi berbaring dan pada waktu 1-5 menit setelah berdiri.
6. Pemompaan dan pengempesan manset
Manset seharusnya dipompa dan dikempeskan sebelum mengukur tekanan darah pasien. Hal ini untuk menghindarkan kesalahan nilai karena rangsang atau reaksi obstruksi sirkulasi darah. Pemompaan dilakukan dengan cepat hingga 20-30 mmHg di atas tekanan pada waktu denyut arteri radialis tidak teraba. Pengempesan dilakukan dengan kecepatan yang tetap (konstan) 2-3 mmHg tiap detik. Pengempesan yang terlalu cepat akan mengakibatkan nilai diastolik yang lebih rendah daripada yang sebenarnya.

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...