Monday 21 November 2016

Konsep Persalinan

A. Pengertian
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2008). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sumarah, 2008).
Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada LBK (letak belakang kepala) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Purwaningsih, 2010). Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005).

B. Jenis persalinan
Manuaba (2009) membagi jenis persalinan menurut cara persalinan, menjadi :
1) Partus biasa (normal atau spontan) : proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu.
2) Partus sendiri, tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
3) Partus luar biasa (abnormal) : persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesar.
4) Partus anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

C. Sebab yang menimbulkan persalinan
Sebab yang menimbulkan persalinan menurut (Purwaningsih, 2010) antara lain :
1. Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai mengalami penurunan kadar hormon ekstrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar ekstrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim; rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
4. Teori iritasi mekanik; di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
Indikasi partus (induction of labour) partus dapat pula ditimbulkan dengan gejala :
1. Gangguan laminaria-beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
2. Amniotomiu : pemecahan ketuban.
3. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse.

D. Tanda inpartu
Menurut Sumarah (2009) membagi tanda persalinan sudah dekat, meliputi :
1. Terjadi His persalinan
His atau kontraksi uterus yang terjadi teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar, menimbulkan ketidaknyamanan yang disertai rasa sakit pada pinggang yang menjalar ke depan di sekitar abdomen bawah berlanjut terus semakin meningkat frekuensinya, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks dan makin beraktivitas maka kekuatannya makin bertambah..
2. Pengeluaran lendir dan darah (show).
Keluaran lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan pada kapiler pembuluh darah serviks yang diakibatkan oleh pendataran dan pembukaan serviks.
3. Pendataran dan pembukaan serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran yang panjang 1-2 cm menjadi suatu lubang dengan pinggir yang tipis, sedangkan pembukaan serviks adalah pembesaran dari ostium externum yang berupa lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui bayi kurang lebih 10 cm.
4. Pengeluaran cairan
Ketuban pecah menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap, dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan akan berlangsung dalam waktu 24 jam.
5. Engagement presenting part
Kepala janin akan mengalami engagement atau terbenam ke dalam panggul. Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalinan dimulai.
6. Pembentukan tonjolan ketuban
Pembentukan tonjolan ketuban atau cairan amnion/ketuban yang terperangkap dalam serviks di depan presenting part, tonjolan ini terasa tegang pada saat his dan dapat mengalami ruptur. Ruptura selaput amnion dapat terjadi setiap saat dalam proses persalinan, biasanya terjadi pada akhir kala satu persalinan.

E. Mekanisme Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2008), pada minggu terakhir kehamilan, segmen bawah lahir meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primipara. Supaya janin dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran disebut mekanisme persalinan, yang terdiri dari :
1. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Pada wanita multipara hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot abdomen masih tegang, sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.
2. Penurunan (decent)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu :
a. Tekanan dari cairan amnion
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c. Kontraksi diafragma dan otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
Pada kehamilan pertama, penurunan berlangsung lambat, tetapi kecepatan sama.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin. Dengan fleksi, suboksipitob-regmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Pertama oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama-tama oksiput, kemudian wajah dan akhirnya dagu.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas, gerakan ini dikenal sebagai restitusi. Putaran 45° membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua persalinan.

F. Tahapan persalinan
1. Kala I
Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 (nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase:
a. Fase laten (8 jam): pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.
b. Fase aktif (7 jam): pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.
Fase aktif di bagi menjadi 3 fase yaitu:
1) Fase akselerasi: pembukaan 3 cm menjadi 4 cm berlangsung 2 jam.
2) Fase dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, berlangsung 2 jam.
3) Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat 9 cm menjadi 10 cm, berlangsung 2 jam (Sumarah, 2009).
2. Kala II
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara. Selama ini, aturan yang membatasi durasi kala dua. Kala dua persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan multipara 1 jam. Aturan ini telah cukup ditegak didunia obstetri Amerika yang menyatakan forsep biasanya di indikasikan apabila kala 2 berlangsung lebih dari 2 jam. Aturan ini berasal dari kekhawatiran kesehatan janin (Cunningham, 2005).
3. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008). Biasanya plasenta akan lepas dalam 5 menit.
Tanda plasenta lepas adalah:
a. Keluar semburan darah dari vagina.
b. Tali pusat memanjang.
c. Uterus menjadi globuler dan teraba lebih keras.
d. Pada saat plasenta masuk dalam vagina, fundus uteri meninggi (Siswosudarmo, 2008).

4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2008). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan pada kala IV adalah:
a. Tingkat kesadaran penderita.
b. Pemeriksaan tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 500 cc (Sumarah, 2009).

G. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Mochtar (2003), faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya :
1. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2005).
Penyebab lama persalinan
Tulang panggul si ibu yang bermasalah bisa menyebabkan persalinan menjadi agak susah, meskipun sang bayi tiada masalah dan kontraksi juga bagus. Bisa jadi panggul terlalu sempit atau bentuknya tidak sempurna seperti bengkok atau berbentuk segitiga (Indiarti, 2008).
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot rahim
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a. His (kontraksi otot uterus)
His adalah kontraksi uterus karena otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
Pada bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari pada kontraksi Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan, malahan sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling penting ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada cervik (Bobak, 2004).
Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot rahim yang fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh serabut otot yang berkontraksi, regangan dari cervix karena kontraksi atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi. Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom tidak dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan oleh jari tangan dapat menimbulkan kontraksi. Seperti kontraksi jantung pada his juga ada “pacemakers” yang memulai kontraksi dan mengontrol frekuensinya.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah :
1) Lamanya kontraksi :
1. Cepat, jika lamanya tiap kontraksi kurang dari 20 detik
2. Normal, jika lamanya tiap kontraksi antara 20 – 40 detik
3. Lambat, jika lamanya tiap kontraksi lebih dari 40 detik
(Saifudin, 2002)
2) Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intra uterine sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam.
3) Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
1. Sering, jika dalam 10 menit 3 kali atau lebih his
2. Normal, jika dalam 10 menit 3 kali his
3. Jarang, jika dalam 10 menit kurang 3 kali his
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
1) His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari cervix
2) His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.
3) His pelepasan uri yang melepaskan uri.
b. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya waktu kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu refleks yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glottisnya, mengontraksikan otot perutnya dan menekan diafragmanya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
3. Passanger
a. Janin
Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal dan satu tulang oksipital. Tulang ini disatukan oleh sutura membranosa : sagitalis, lambdoidalis, koronalis dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak di tempat pertemuan sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.
Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior. Fontanel yang lebih besar, yaknifontanel anterior, berbentuk seperti intan dan terletak pada pertemuan sutura sagitalis, koronalis dan frontalis. Fontanel ini menutup pada usia 18 bulan. Fontanel posterior terletak di pertemuan sutura dua tulang parietal dan satu tulang oksipital dan berbentuk segitiga.
Fontanel ini menutup pada usia sampai 8 minggu. Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi, yang beberapa lama setelah lahir terus bertumbuh. Akan tetapi, karena belum menyatu menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih. Hal ini disebut molase, struktur kepala yang terbentuk selama persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam tiga hari setelah lahir. Kemungkinan tulang untuk saling menggeser memungkinkannya untuk beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu.
Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses kelahirannya, namun posisi bahu relatif mudah berubah selama persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih rendah daripada bahu yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang kebih kecil dapat melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya sempit, sehingga tidak menimbulkan masalah.
b. Sikap (habitus)
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut. Sikap janin disebut fleksi umum. Tangan disilangkan di depan thoraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai.
Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat anak dilahirkan. Misalnya, pada presentasi kepala, kepala janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang menyebabkan diameter kepala berada pada posisi yang tidak menguntungkan terhadap batas panggul ibu.
c. Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak : memanjang atau vertikal, di mana sumbu panjang janin parallel dengan sumbu panjang ibu dan melintang atau horisontal, di mana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sakrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
d. Presentasi
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus menerus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama adalah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor yang menentukan bagian presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
e. Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang.
f. Placenta
Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan normal.
4. Psikis (psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seperti pada saat itulah sebenarnya terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seperti mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata.
Pada proses kelahiran suami yang bertanggung jawab pun tak kalah repotdan tegangnya dalam mempersiapkan saat kelahiran janin, dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk mempersiapkan saat kelahiran janin, dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu, hingga persiapan aqiqah calon bayi. Selanjutnya, suamipun bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa ini adalah saat perjuangan hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus banyak memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya menghadapi masa sulit ini. Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas pelatihan prenatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak diselenggarakan di rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri.
Adalah satu hal yang sangat positif, jika suami bisa ikut hadir saat proses kelahiran. Kehadiran suami ini, walau sekedar menemani, memegang tangan istri dan membisikkan beberapa kata penghibur kepada istri, akan memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat mengurangi rasa sakit, namun kekuatan mental yang diperoleh istri akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya akan mempermudah proses kelahiran.
Mengenai keterlibatan suami pada proses kelahiran yang sekarang mulai banyak disadari orang ini, para ahli mengatakan bahwa selain bermanfaat untuk istri, ini pun bermanfaat bagi suami sendiri. Ketika suami menyaksikan kesakitan yang diderita istri, perjuangan beratnya melawan maut, maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan memahami perasaan istrinya. Selain itu, akan tumbuh perasaan khusus dalam hati suami terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara ayah dan anak (Maulana, 2007).
Penyebab persalinan lama
Ketidaktahuan menyebabkan ketakutan, yang sangat mempengaruhi proses kelahiran. Ketakutan menyebabkan kegelisahan dan respon endokrin yang menyebabkan retensi natrium, ekskresi kalium, dan penurunan glukosa yang dibutuhkan oleh kontraksi uterus. Respon ini juga menyebabkan disekresinya epinefrin, yang menghambat aktivitas miometrial, dan melepaskan norepinefrin, yang menyebabkan peningkatan atau tak terkoordinasinya aktivitas uterus. Peningkatan distress fisik dan efektif persalinan membentuk lingkaran setan, lebih menyebabkan ketakutan dan rasa tidak nyaman (Maulana, 2007)
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...