Monday 21 November 2016

Konsep Rangsangan (pendampingan) Suami

A. Pengertian
Pendampingan berasal dari kata “damping” yang berarti dekat, karib, persaudaraan. Sedangkan arti dari pendamping adalah orang yang mendampingi, dan arti dari pendampingan adalah suatu cara atau proses mendampingi (Departemen Pendidikan Nasional, 2005)
Suami adalah pemimpin di dalam rumah tangganya serta bertanggung jawab atas baik dan buruknya keadaan anak dan istrinya, idealnya suami harus mengetahui bagaimana mengatur rumah tangga yang benar serta ia harus mengetahui bekal apa saja yang diperlukan untuk menjadi nahkoda rumah tangga yang sukses. (Husein Syahatah, 2006).
Keterlibatan suami dalam proses kelahiran cenderung meningkat, meski masih banyak terbatas dalam tahap percobaan dan hanya menyangkut unsur yang begitu mendasar (Dagun, 2002). Saat istri hamil, tugas seorang suami dapat dikatakan bertambah. Hal ini dikarenakan perhatian yang dibutuhkan istri dari suami menjadi lebih dari saat ia tidak hamil, yang antara lain disebabkan kondisi fisik istri yang lemah. Begitu juga kesiapan suami menyediakan makanan dengan kandungan gizi memadai yang dibutuhkan ibu hamil dan kesigapan untuk mengingatkan serta memotivasi istri untuk mengonsumsi nutrisi yang memadai merupakan tugas tambahan yang perlu dilakukan agar ibu hamil dan bayinya tetap sehat (Musbikin, 2005). Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat sejak dalam kelas antenatal. Mereka dapat membuat laporan tentang kemajuan ibu dan secara terus menerus memonitor kemajuan persalinan (Yanti, 2010). 

B. Aspek pendampingan Suami
Pendampingan suami sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek, berikut ini:
1. Aspek Informasi
Bantuan informasi dengan membantu individu untuk menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah. Informasi dibutuhkan oleh ibu hamil primigravida mengingat apa yang sedang mereka jalani adalah hal yang baru dalam hidupnya.
Aspek informasi dapat berupa saran, nasehat dan petunjuk dari orang lain, sehingga individu dapat mengatasi dan memecahkan masalahnya. Disamping itu, dukungan informasi yang diberikan suami dapat berupa informasi tentang kehamilan. Suami dapat memberikan bahan bacaan seperti buku, majalah/tabloid tentang kehamilan (Musbikin, 2008).
2. Aspek Emosional
Aspek emosional yaitu sejauh mana individu merasa orang disekitarnya memberi perhatian, mendorong, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu (Bobak, 2004 : 134). Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan orang lain. Perhatian emosional dapat membuat ibu hamil merasa yakin bahwa dirinya tidak seorang diri melewati masa kehamilan
3. Aspek Penilaian
Aspek penilaian berupa penilaian yang positif dari suami bahwa perubahan pada ibu hamil, baik secara fisik maupun psikis adalah hal wajar dan membutuhkan perhatian (Dagun, 2005). Penilaian berisikan penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan/perasaan ibu hamil. Aspek penilaian berupa pemberian umpan balik dan penguat yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan sebagai sarana evaluasi diri dan dorongan untuk maju. Menghargai usaha yang telah dilakukan individu dalam menjaga kehamilannya dan memberikan kritik yang bersifat membangun.
4. Aspek Instrumental
Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan materi seperti pelayanan, barang dan finansial. Menurut Musbikin (2008) dukungan suami dapat berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi memeriksakan kehamilannya serta membantu pekerjaan rumah tangga. Bentuk dukungan ini berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu dan janin serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stres.

C. Peran Suami pada Proses Persalinan Istrinya
Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya dengan memperhatikan asuhan sayang ibu. Prinsip asuhan sayang ibu antara lain saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Depkes RI, 2008).
Lingkungan sosial di mana bayi dilahirkan, dan pengaruhnya pada wanita, sekarang semakin menjadi pertimbangan penting. Banyak wanita menginginkan suami atau orang lain yang mendukung selama kelahiran. Kehadiran pasangan selama kelahiran memberikan dukungan kekeluargaan dan pribadi yang mengurangi lingkungan lebih klinis dari proses kelahiran. Ini mengurangi kecemasan seorang wanita dan memungkinkannya menghadapi proses kelahiran secara lebih efisien (Llewellyn, 2005). Hal yang paling efektif dalam membantu seorang calon ibu untuk menghadapi persalinannya adalah dukungan yang baik dari bidan dan orang yang dikasihinya seperti suami. Para ayah diharapkan hadir pada kelahiran bayi mereka. Bayak pria yang menikmati peranannya selama persalinan. Dengan melakukan sesuatu, mereka dapat melupakan kekhawatirannya kalau persalinan tidak berjalan normal dan membantu mereka menghadapi nyeri yang sedang dialami pasangannya (Nolan, 2004).
Besar artinya kehadiran seorang pendamping persalinan karena dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat persalinan. Pendamping tersebut akan menghitung kontraksi sehingga ibu mengetahui kemajuan persalinan, memberi dorongan dan keyakinan pada ibu selama persalinan, membantu menciptakan suasana nyaman dalam ruang bersalin, membantu mengawasi pintu dan melindungi privasi ibu, melaporkan gejala atau sakit pada perawat atau dokter, dan membantu ibu mengatasi rasa tidak nyaman fisik (Danuatmaja, 2008).
Suami hadir dalam persalinan dengan dua pertimbangan. Pertama memberikan pernyataan pada istri bahwa proses persalinan merupakan sebuah pengalaman yang positif. Alasan kedua bahwa dengan kehadiran suami dalam persalinan, maka suami dapat merasakan gambaran dari proses persalinan tersebut (Yanti, 2010).
Suami sebagai pendamping istri ikut memegang peranan penting dalam mengikuti seluruh proses ini. Berbagai cara yang dilakukan suami saat istrinya melahirkan antara lain : mengukur lamanya waktu kontraksi, bernafas seirama dengan istrinya, membantu menopang istrinya pada detik-detik kontraksi, memijit punggung istrinya, menyuguhkan minuman, menyampaikan pesan istrinya kepada perawat atau dokter, memberikan perhatian yang terus menerus dan mendorong semangat (Yanti, 2010).
Kehadiran suami menjelang saat melahirkan akan membuat istri lebih tenang. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya mendampinngi istri di ruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya (Musbikin, 2005).
Menurut Chapman, peran suami dalam proses persalinan di bagi menjadi tiga yaitu :
1. Pelatih
Suami secara aktif membantu wanita selama dan sesudah kontraksi persalinan, seorang pelatih menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengendalikan diri mereka dan mengontrol persalinan, wanita memajukan keinginan yang kuat agar suami terlibat secara fisik dalam persalinan.
2. Teman Satu Tim
Suami sebagai teman satu tim akan membantu wanita dengan berespon terhadap permintaan wanita akan dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya, teman satu tim biasanya mengambil peran sebagai pengikut atau pembantu dan menunggu wanita atau perawat memberitahukan mereka apa yang dapat mereka lakukan.
Saat uterus kontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso – kranial ) secara lembut ( untuk mencegah inersio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit – 40 menit detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segara berkontraksi, minta suami untuk melakukan stimulasi puting susu. Stimulasi putting sus mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.
3. Saksi
Suami sebagai saksi, dalam peraban ini suami bertindak sebagai teman dan memberikan dukungan emosi dan moral, ia memperhatikan wanita bersalin dan melahirkan, akan tetapi seringkali tertidur, menonton televisi atau meninggalkan ruangan untuk waktu yang lama. Saksi yakin tidak banyak yang mereka lakukan secara fisik dan mereka membiarkan perawat dan pemberi jasa kesehatan menangani persalinan pasangannya. Wanita tidak mengharapkan pasangan berperan tidak lebih sekedar hadir. (Bobak, 2005)
Peran pasangan dalam persalinan yakni memberikan dukungan dengan penuh rasa cinta, pasangan dapat melakukan berbagai cara untuk membantu ibu bertahan menghadapi rasa sakit dan proses persalinan :
1. Membantu ibu mengajari pernafasannya
2. Mengusap punggung ibu dengan usapan lembut
3. Mendorong ibu untuk tetap rileks
4. Membantu ibu dalam posisi melahirrkan
5. Membantu ibu bernafas dan mendorong
6. Memberikan ibu dukungan emosional
7. Membantu ibu untuk memerangi kelelahan dan bertahan dari rasa sakit (Miriam Stoppard, 2009).

D. Faktor penghambat pendampingan suami
Ada kalanya suami tidak bersedia mendampingi istri di ruang bersalin dengan berbagai alasan.
a. Tidak siap mental. Umumnya para suami tidak tega dan lekas panik saat melihat istri mereka kesakitan, atau juga mereka tidak tahan jika harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping di ruang bersalin.
b. Tidak diizinkan pihak rumah sakit (RS). Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping persalinan selain petugas medis, baik untuk persalinan normal maupun Caesar. Alasan yang diajukan antara lain kehadiran pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang tengah membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas, dan kesterilan ruang operasi yang dapat berkurang dengan jumlah orang yang terlalu banyak.
c. Suami sedang dinas. Jika suami sedang dinas ke tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan pulang untuk menemani istri saat bersalin, tentu si istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami, masih ada anggota keluarga lain yang dapat menemani, seperti ibu atau ibu mertua. Momen persalinan pun kini dapat diabadikan dalam bentuk foto atau video, sehingga suami tidak perlu berkecil hati karena telah melewatkan proses kelahiran bayinya.
(Aprillia, Y., 2010).

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...