Sebagai salah satu produsen dan sentra sayur mayur di
Kabupaten Banyuwangi, yaitu kelurahan penataban. Sejak dulu kelurahan ini
terkenal akan hasil sayur mayurnya seperti kangkung, bayam, kenikir, kemangi
dan terong welut. Selain di pasarkan di Kota Banyuwangi, sayuran ini juga
dipasarkan di tempat lain seperti Pulau Bali dan Pulau Sepeken. Oleh karena
itu, tak asing lagi setiap hari dijumpai orang yang mengikat sayuran mayur,
dalam bahasa Banyuwangi dikenal dengan sebutan “Onthing-onthing”.
Mereka yang melakukan aktivitas onthing-onthing biasanya mereka yang
tidak memiliki pekerjaan tetap dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Untuk 100
ikat mereka dihargai dengan upah Rp. 2.000,-. Rata-rata untuk menyelesaikan 100
ikat sayuran dibutuhkan waktu kurang lebih 1/2 jam. Biasanya dalam 1 hari
mereka dapat mengikat sayuran sebanyak 500 s/d 700 ikat jadi penghasil mereka
per hari berkisar antara Rp. 10.000,- s/d 14.000,-. Kecil memang upah yang
mereka terima namun bagi mereka upah yang diterima dapat membantu kehidupan
mereka terutama untuk membeli kebutuhan dapur. Kesederhanaan mereka tercermin
dengan wajah mereka yang polos, tidak banyak menuntut banyak dalam kehidupan
ini, hal ini sangat bertolak belakang dengan mereka yang hidup berkecukupan
bahkan terkesan hidup mewah. Setiap hari yang dipikirkan adalah berapa banyak
rupiah yang harus diraih. Sungguh indah dan sederhana hidup mereka orang-orang
yang bekerja dengan santai tanpa adanya target waktu dan upah, yang penting
mereka lakukan untuk mengisi waktu dan menghasilkan uang.
Seiring
berjalannya waktu, semakin berkurangnya lahan pertanian yang dialih fungsikan
menjadi rumah atau dikavling-kavling oleh pemiliknya berdampak pada menurunkan
produksi hasil sayur mayur padahal penataban merupakan sentra sayuran. Akankah
mereka juga ikut tergerus oleh waktu dan kita tidak dapat melihat mereka dengan
sabar dan telaten mengikat sayuran (onthing-onthing).
Hanya waktulah yang dapat menjawab semua.
No comments:
Post a Comment