Friday 18 November 2016

Konsep nifas

A. Pengertian
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan (Saleha, 2009).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Winkjosatro, 2005).
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2009).
Tahapan yang terjadi pada waktu nifas sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terjadi banyak masalah,misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokea, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1-5 minggu) KB
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling.

B. Perubahan fisiologis pada masa nifas
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah placenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm dan tebal + 10 cm. Pada hari ke-5 postpartum, uterus kurang lebih setinggi 7 cm diatas symphysis atau setengah shymphysis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symphysis. Satu minggu postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus akan menjadi 40 sampai 60 gram (berat uterus normal + 30 gram).

b. Serviks, vagina, dan perineum
Serviks akan melunak, membengkak dan memar segera setelah melahirkan dan sering trjadi laserasi minor pada tulang eksternal (Henderson, 2005).
Setelah minggu pertama, serviks secara bertahap mendapatkan kembali tonusnya pada saat saluran kembali terbentuk dan tulang internal menutup. Tulang eksternal dianggap suatu penampakan yang menyerupai celah. Vagina akan tapak seperti suatu jalan berdinding lembut akibat peregangan selama persalinan. Tanda rugae (lipatan) timbul kembali pada minggu ketigapascapartum dan tonus otot akan kembali didapatkan pada akhir masa puerperium.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (Bobak, 2004). Sobekan perineum dan laserasi biasanya pulih dalam satu minggu setelah melahirkan, walaupun area tersebut masih tetap sensitive dalam waktu yang lebih lama (Henderson, 2005). Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal. Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat. Bagi sebagian besar ibu, luka perineum secara bertahap akan berkurang nyerinya dan penyembuhan biasanya terjadi 7-10 hari setelah kelahiran (Fraser, 2009).
c. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal darikavum uteri dan vagina dalam masa nifas
1. Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar da sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan
2. Lochea sanguilenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 pasca persalinan
3. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan
4. Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochistasis : lochea tidak lancar keluarnya.
d. Payudara (mammae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
1. Produksi susu
2. Sekresi susu
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untukmenyediakanbagi bayi baru lahir.
e. Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan.Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada kehamilan trimester 1, gejala ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada ibu nifas. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum.
f. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.
Kurang lebih 40 % wanita nifas mengalami proteinuria yang nonpatologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari postpartum agar dapat dikendalikan. Dieresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari kelima pasca persalinan.
g. Sistem muskuluskeletal
Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
h. Rasa sakit
After pains (meriang atau mules-mules) di sebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.

C. Perubahan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang harus dikaji saat masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 38 derajat celcius, kemungkinan terjadi infeksi pada klien.
b. Nadi dan Pernapasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitiumkordis pada penderita.
Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan.

D. Perubahan psikologi pada Masa Nifas
Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani sebagai berikut :
a. Taking in phase atau tahap tergantung
Taking in phase terjadi pada hari 1-2 postpartum, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontk dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan, dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayinya.
b. Taking hold phase
Taking hold phase berlangsung sampai kira-kira 19 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian dirinya mengatasi tubuhnya, kelancaran miksi dan defekasi. Melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkansistem pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada fase ini sering dengan terjadinya postpartum blues.
c. Letting go phase atau saling ketergantungan
Letting go phase dimulai minggu ke 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah sembuh. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit, kegiatan seksualitasnya telah dilakukan kembali.

E. Kebutuhan masa nifas
a. Nutrisi
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet beribang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya sampai 40 hari pasca persalinan tiap hari 1x1 tablet.
5) Minum 2 kapsul vitamin A 200.000 IU, kapsul pertama pada 24 jam pertama dan kapsul kedua pada 24 jam berikutnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
b. Early ambulation
Yang dimaksud dengan early ambulation adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderitan keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak dianggap perlu lagi menahan penderita terlentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Penderita sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan dari early ambulationadalah :
1) Penserita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation.
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Early ambulation memungkinkan kita mengajar ibu memelihara anaknya, memandikan, mengganti pakaian, memberi makan, dll.
4) Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomi).
Menurut penelitian yang seksama early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomiatau luka di perut, tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada penderita dengan penyulit, misalnya : anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dll.
Selain itu penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, masak, dll.
c. Eliminasi
1) Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena spinkter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus spinkter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
2) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obatlaksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
3) Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi, kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang. Kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dikeringkan dibawah sinar matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun khusus dengan kandungan PH tertentu dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari dan menyentuh area tersebut.
d. Payudara
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mammae sampai tertekan.
2) Pemberian obat estrogen untuk sukresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
e. Laktasi
Bayi normal sudah dapat di susui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu dua menit pada setiap payudara ibu. Dengan mengisapnya bayi terjadi perangsangan terhadap pembentukan air susu ibu dan secara tidak langsung rangsang isap membantu mempercepat pengecilan uterus.
Walaupun air susu ibu yang berupa colostrum hanya dihisap beberapa tetes itu sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari pertama. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mammae ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi jika diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu mammae secara bergantian. Dengan demikian kebutuhan on demand dapat dipenuhi.
Pemberian ASI harus dianjurkan pada ibu yang melahirkan oleh karena :
1) ASI yang pertama (colostrum) mengandung beberapa anti body yang dapat mencegah infeksi pada bayi.
2) Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroentritis.
3) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan di serap secara lengkap dalam saluran pencernaan.
4) Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit.
5) Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi.
6) ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu formula.
f. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu agar cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selang bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam jumlah ASI, memperlambat involusi, serta dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

F. Kunjungan masa nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, menangani masalah-masalah yang terjadi.
2.1 Tabel kunjungan ibu nifas
Kunjung - an
Waktu
Tujuan
1.
6-8 jam
persalinan
1) mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2.
6 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahn abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3.
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti di atas ( 6 hari setelah persalinan.)
4.
6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia dan bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

No comments:

Post a Comment

Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen PSQI d...